Thursday, 5 July 2018

Kasus Wabah Penyakit Pmk Pada Kerbau India, Peringatan Keras Buat Pemerintah


Peringatan Keras Buat Importir Daging Kerbau Dengan Adanya Wabah PMK di India, Ini Bahaya dan Kerugian Yang Harus Ditanggung Jika PMK Berjangkit Lagi di Negara Kita

Maraknya isu perkara mewabahnya PMK di India sudah seharusnya menciptakan pemerintah kita khawatir. Hal ini sangat beralasan mengingat kita yaitu salah satu importir daging kerbau asal India. Dan disisi lain penyakit PMK yaitu penyakit yang sangat berbahaya bagi ternak sapi, kambing, kerbau dll yang sangat merugikan, gampang menular dan juga mematikan.
Sebelumnya, menurut laporan dari Tribune India, PMK tengah mewabah di salah satu pusat peternakan kerbau terbesar di India, yakni di Punjab. Adapun, 85% dari total populasi penduduk di daerah tersebut mempunyai usaha peternakan kerbau. Hal itu menjadi ancaman tersendiri bagi Indonesia, yang pada tahun ini memutuskan untuk mengimpor 100.000 ton daging kerbau dari India.
Penyakit lisan dan kuku ini yaitu salah satu alasan negara kita menutup keran impor daging dari India sebelum hasilnya dbuka pada beberapa waktu yang lalu. Pembukaan keran impor daging asal india tentunya melalui pengawasan yang sangat-sangat ketat mengingat negara India belum terbebas dari PMK ini. Hanya sebagian distrik di India yang sudah dinyatakan bebas PMK tetapi tidak secara keseluruhan sehingga masih banyak terbuka kemungkinan penyakit ini bisa terbawa hingga Indonesia.

Indonesia sendiri pernah menghabiskan biaya milyaran rupiah untuk bisa membebaskan peternakan kita dari PMK sehingga pemasukan daging asal India ini hingga ketika ini masih menyebabkan pro kontra dikalangan praktisi peternakan dan tidak sedikit yang menyayangkannya mengingat bahayanya PMK ini. Dan ketika ini ternyata PMK sedang berjangkit di India sehingga dirjen peternakan kita hingga menciptakan surat untuk memastikan adanya jaminan keamanan daging yang diimpor dari India benar-benar bebas PMK.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian I Ketut Diarmita dalam surat resmi bertanggal 6 Maret 2019 kepada Kedutaan Besar India meminta biar ada kepastian kesehatan daging kerbau yang diekspor ke Indonesia.

"Saya meminta penjelasan Anda mengenai pembaruan pada situasi PMK dan langkah-langkah yang telah diambil untuk mengatasi wabah PMK di distrik yang disebutkan dalam media massa," tulisnya dalam surat yang disebar kepada media pada Rabu (13/3/2019).

Ketut Diarmita meminta pemerintah India menjawab kelima pertanyaan berikut:

1. Apakah tindakan karantina dikenakan pada perusahaan dengan perkara yang diduga, sambil menunggu diagnosis akhir? Apa mekanisme lain yang diikuti sehubungan dengan perkara yang dicurigai?

2. Tunjukkan mekanisme pengambilan sampel, pengiriman dan pengujian yang akan dipakai untuk mengidentifikasi dan mengkonfirmasi keberadaan biro patogen.

3. Jelaskan tindakan yang akan diambil untuk mengendalikan situasi penyakit di dalam dan sekitar perusahaan di mana wabah dikonfirmasi.

4. Jelaskan secara terang mekanisme pengendalian atau pemberantasan yang akan diambil. Dalam hal vaksinasi darurat, tunjukkan sumber dan jenis vaksin dan berikan perincian bagan pasokan dan stok vaksin apa pun.

5. Jelaskan kriteria dan mekanisme yang akan dipakai untuk mengkonfirmasi bahwa wabah telah berhasil dikendalikan atau diberantas, termasuk aktivitas pengawasan serologis.
Sejak tahun 1990 Indonesia telah diakui oleh OIE sebagai negara yang terbebas dari PMK. Sebuah prestasi besar bila mengingat besarnya usaha aneka macam kalangan yang tanpa lelah selama 12 tahun semenjak dari tahun 1974 hingga tahun 1986 membumihanguskan PMK dari bumi Ibu Pertiwi. Berdasarkan data PMK pernah "menetap" di Indonesia. Pertama kali "singgah" tahun 1887 di daerah Malang Jawa Timur. Merupakan sebuah kerugian yang faktual bila kemudian penyakit ini kembali "mampir kembali" di Indonesia.
Sebagai catatan pemerintah Inggris mengalami kerugian yang sangat tinggi ketika harus memusnahkan jutaan sapinya akhir terkena PMK. Sinyal lampu kuning yang harus diperhitungkan pemerintah dibanding kilauan tawaran harga yang didengung-dengungkan oleh Brasil yang bisa hingga 60% dari harga daging sapi yang biasa Indonesia beli dari Australia atau New Zealand. Dan daya tarik murahnya harga daging kerbau dari India tampaknya telah menutup mata pemerintah terhadap ancaman PMK.
 
Dengan mewabahnya PMK tersebut sudah sangat layak kalau pemerintah selaku importir daging kerbau India khawatir dan meminta jaminan keamanan daging yang diimpornya dari tercemarnya penyakit PMK ini. Pemerintah wajib sangat berhati-hati jangan hingga PMK bisa hidup lagi di Indonesia.

Ada baiknya kalau pemerintah menghentikan sementara impor daging kerbau dari India hingga wabah PMK bisa diatasi pemerintah India.

Seperti Apa Bahaya PMK?

Secara umum PMK menyerang binatang yang berkuku genap. Seperti sapi, kerbau, kambing, domba, babi, gajah, jerapah, dan menjangan. PMK disebabkan oleh virus yang sangat kecil yaitu berdiameter lebih kurang 20 milimikron.

Virus terbentuk dari asam inti ribo yang diselubungi protein. Virus ini sangat labil, antigenisitasnya cepat, dan gampang berubah.

Gejala Penyakit pada Ternak

Secara klinis binatang yang terkena PMK sanggup diketahui dari gejala berikut: lesu\/ lemah, suhu badan meningkat (dapat mencapai 41 derajat celcius), keluar air liur secara melimpah, nafsu makan berkurang, enggan berdiri, pincang, bobot hidup berkurang, produksi susu menurun bagi ternak penghasil susu, dan tingkat kesakitan hingga 100%.

Tingkat ajal pada binatang cendekia balig cukup akal umumnya rendah. Namun, biasanya tinggi pada binatang muda akhir myocarditis. Tanda khas PMK yaitu lepuh-lepuh berupa tonjolan bundar yang bersisi cairan limfe pada rongga mulut, pengecap sebelah atas, bibir sebelah dalam, gusi, langit-langit, lekukan antara kaki, dan di ambing susu.

Kerugian Akibat PMK

Bila PMK kembali "tinggal" di Indonesia maka akan merugikan hal-hal berikut ini:
  • (a) Penurunan produktivitas kerja ternak.
  • (b) Penurunan bobot hidup. Ternak yang menderita PMK sulit mengonsumsi, mengunyah, dan menelan pakan. Bahkan pada perkara yang sangat parah ternak tidak sanggup makan sama sekali. Akibatnya cadangan energi badan akan terpakai terus hingga hasilnya bobot hidup menurun dan ternak menjadi lemas.
  • (c) Gangguan fertilitas. Ternak produktif yang terkena PMK akan kehilangan kemampuan untuk melahirkan setahun sesudah terjangkit penyakit tersebut. Ternak gres sanggup beranak kembali sesudah dua tahun kemudian. Jika pada awalnya seekor bisa beranak lima ekor lantaran penyakit ini kemampuan melahirkan menurun menjadi tiga ekor atau kemampuan menghasilkan anak menurun 40%.
  • (d) Kerugian ekonomi akhir penutupan pasar binatang dan daerah tertular. Dalam keadaan terjadi serangan PMK seluruh kegiatan di pasar binatang dan rumah pemotongan binatang (RPH) ditutup. Akibatnya, pekerja di pasar binatang dan RPH, pedagang ternak, serta pengumpul rumput akan kehilangan mata pencaharian selama jangka waktu yang tidak menentu.
  • (e) Hilangnya peluang ekspor ternak, hasil ikutan ternak, hasil materi hewan, dan pakan.
Bahaya PMK lainnya yaitu penyakit ini sangat gampang menyebar ke ternak berkaki genap lainnya. Seperti yang terjadi di Inggris yang hanya memerlukan waktu seminggu untuk menciptakan penyakit ini beredar. Kiranya masuk akal bila para stake holder peternakan banyak yang bersuara keras untuk menyatakan nyalakan lampu merah untuk impor daging dari India.

Memang besar sekali resiko yang harus ditanggung kalau wabah atau penyakit PMK bisa masuk lagi ke negara kita mengingat kerugian yang ditimbulkan sangatlah besar dan butuh waktu, tenaga dan biaya yang sangat besar untuk membebaskan kembali suatu negara yang terkena wabah PMK.

Sudahkah sesuai resiko tersebut dengan murahnya harga daging kerbau yang diimpor dari negara yang belum bebas PMK? Cukupkah laba dari impor daging murah tersebut untuk dijadikan cadangan biaya kalau PMK hingga mewabah di Indonesia? Monggo dipikirkan sama-sama demi kemajuan dunia peternakan kita.

Diolah dari aneka macam sumber


EmoticonEmoticon