Tuesday, 17 April 2018

Persalinan Ke-Enam Pada Kehamilan Usia 40-An

Benar-benar kehidupan itu dimulai pada ketika kita berusia 40. Life begins at fourty. Jika pada usia 40 tahun kemarin saya mendapat banyak gift dari Allah dengan kejutan-kejutan seru berupa jalan-jalan gratis ke luar negeri dari lomba blog PT Telkom Indonesia, menerbitkan buku antologi dan menerbitkan buku berdikari hadiah dari lomba blog yang diselenggarakan oleh Pak Dhe Cholik dengan tema Proyek Monumental. Maka pada ketika usia 41 tahun kemarin ada hadiah jalan-jalan gratis lagi ke Jakarta berdua bersama my hubby. Selama satu ahad kami di sana (pada bulan Juni 2015, pas bulan Ramadhan) di Kampus PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian). Tepatnya sih ke asramanya mahasiswa yang kesemuanya yaitu anggota Polisi yang sedang study. 
Dan... pada tahun itu juga ada kabar yang cukup menjadi sebuah kejutan, alasannya yaitu di usia yang ke 41 itu, saya hamil lagi yang ke enam. Hingga akhirnya, ketika usia saya 42 tahun, kelahiran putra ke enam kami pun menjadi hadiah yang sangat indah bagi kami sekeluarga.

Putra Ke-Enam Baru Keluar dari Ruang Operasi Bersama My Hubby (Pic. by Nur Muhammad)
Seperti pada kehamilan sebelum-sebelumnya, kecuali pada kehamilan pertama, saya tidak mencicipi banyak gangguan pada acara saya. Hanya saja pada kehamilan ke enam ini, saya mencicipi kontraksi palsu lebih sering dan pada ahad ke 36 saya diminta untuk istirahat alasannya yaitu sudah ada gejala pembukaan 1. Dan... saya juga mencicipi lebih berat di perut bab bawah. Mungkin efek usia dan efek kurangnya saya bergerak (kebanyakan acara saya sambil duduk di belakang meja), sehingga saya sering merasa tidak lezat pada perut bab bawah.

Namuun,.... secara umum semua baik-baik saja. Setiap konsultasi ke dokter, hasilnya selalu baik. Hasil USG selalu menawarkan bahwa kondisi ibu dan janin sangat baik.

Hingga akhirnyaaaa ..... pada tanggal 25 April 2016 kemarin saya menjalani persalinan yang ke enam. Sebuah persalinan yang menjadi pengalaman pertama bagi saya, alasannya yaitu inilah persalinan satu-satunya yang harus saya jalani melalui operasi cesar (sectum cesario, sectio caesaria). 

Saya sendiri tidak ada persiapan apa-apa untuk menjalani operasi cesar ini, alasannya yaitu keputusan diambil pada malam hari, sesudah dua hari (Sabtu dan Minggu) saya menginap di Rumah Sakit sambil menunggu persalinan normal, dan eksklusif diputuskan untuk operasi. Karena pada awalnya saya dan dokter yang menangani saya memang sangat optimis dengan kelahiran normal. Bayangkan saja, lima anak saya semuanya lahir dengan cara normal. Padahal mereka semua lahir dengan berat tubuh 4kg untuk anak pertama, kedua, dan ketiga, 3,6kg untuk anak ke empat, dan 4,2kg untuk anak kelima. Sooo ... dengan melihat histori medis saya tersebut, dokter pun dengan optimis mengarahkan saya ke persalinan normal. Karena bbj si kecil juga tidak melebihi kakak-kakaknya, yaitu hanya 3,75kg.

Daaan ... begitulah, alasannya yaitu pada ahad malam, tidak juga ada gejala persalinan saya rasakan, padahal sudah melampaui HPL (yang ditetapkan pada 13 April 2016), sudah diinduksi secara oral (dengan mengonsumsi Gastrul), dan juga dengan infus hingga habis dua kantung. Hingga malam itu, ketika dokter pun memberi alternatif kepada saya untuk dilakukan operasi cesar saja besok pagi, alasannya yaitu dikhawatirkan janin mengalami stres. Juga saya sendiri sudah jenuh menunggu di rumah sakit. Dan, persiapan operasi pun dilakukan untuk dilakukan operasi cesar pada pukul 9 pagi di hari Senin. Sayangnya, alasannya yaitu ketidaktahuan saya, pada pagi hari saya menikmati sarapan pagi, sehingga operasi harus ditunda sesudah dhuhur. So, saya harus menunggu lagi untuk masuk ke ruang operasi .

Hingga akhirnya, saatnya saya harus masuk ke ruang operasi. Dan, ini yaitu pengalaman pertama saya menjalani operasi, yang merupakan operasi besar. Apalagi saya juga mendapat bius total (general).
Alhamdulillah, semua berjalan dengan baik, dan si kecil pun lahir dengan selamat, sehat, dan tepat .....



EmoticonEmoticon