Saturday, 21 April 2018

[Mantan] Penjual Jamu Seduh Dan Pelestarian Jamu Indonesia


pic. BRC
Jamu di Indonesia yaitu tradisi yang telah dikenal selama berabad-abad, baik dipakai sebagai upaya preventif dan promotif (pemeliharaan kesehatan dan menjaga stamina), maupun upaya kuratif (pengobatan). Louise Jumarani (2009) menyebutkan bahwa semenjak zaman kerajaan Majapahit telah dikenal ramuan jamu godhog (rebus) di kalangan keluarga kerajaan. Selanjutnya, kebiasaan di keluarga kerajaan tersebut secara turun temurun menjadi tradisi masyarakat secara luas dan menjadi budaya bangsa yang terpelihara secara konvensional, terutama sehabis kala 20.

Ramuan jamu-jamuan dari bermacam-macam tanaman yang ada di bumi Indonesia pun mulai dikembangkan. Kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah menjadi potensi bagi bangsa Indonesia untuk meracik ramuan jamu untuk keperluan pemeliharaan kesehatan, menjaga stamina, hingga keperluan pengobatan. Penggunaan ramuan dari tanaman mulai dari akar-akaran, daun-daunan, biji-bijian, umbi-umbian, batang, kulit buah, dan semacamnya pun semakin banyak dipakai untuk pengobatan. Daun kumis kucing misalnya, yaitu tanaman perdu yang sanggup dipakai sebagai obat memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik). Demikian juga dengan kunyit, sanggup dipakai untuk mengatasi sakit keputihan, haid tidak lancar, perut mulas (BRC Collection, 2013).

Dari ragam tanaman yang telah dipakai sebagai obat yang menyembuhkan dan sebagai minuman pemelihara kesehatan tersebut, selanjutnya dikembangkan dalam bentuk jamu seduh/serbuk, pills, kapsul, dan kaplet.

Pelestarian Jamu Indonesia Melalui Penjual Jamu Seduh
Penjual Jamu dan Gerobak Dorongnya (dok. Pribadi, 2014)
"Penjual jamu seduhan mempunyai kiprah dalam melestarikan budaya bangsa di bidang industri jamu di Indonesia. Meskipun kelihatannya kecil, hanya menyeduhkan jamu untuk pembeli, meramu ragam jamu, namun kiprah penjual jamu seduh cukup signiffikan dalam pelestarian jamu di Indonesia. Betapa tidak. Melalui tangan penjual jamu seduhan ini, jamu di Indonesia sanggup mencapai konsumen selesai (end user) semoga konsumen nyaman dalam mengkonsumsi jamu."
Menjadi penjual jamu seduhan merupakan bab dari perjalanan hidup saya. Ya, sekitar tahun 2000an, saya yaitu penjual jamu seduh. Selama lebih kurang tiga tahunan saya membuka depot tamu di depan rumah, sehingga sanggup menambah penghasilan dan tetap menemani belum dewasa di rumah.

Ragam merek jamu yang saya jual di antaranya Jamu Sido Muncul, Jamu Jago, Jamu Nyonya Meneer, Jamu Iboe, Jamu Air Mancur, Jamu Gujati, Jamu Leo, Jamu Dua Putri Dewi, Jamu Kresno, dan lain-lain. Di Indonesia memang banyak sekali produsen jamu, baik skala rumahan (home industry) maupun skala nasional.

Aksesoris dan Perlengkapan Jamu Seduh

Saya berjualan jamu hanya di malam hari, yaitu semenjak pukul enam sore hingga pukul sepuluh malam. Meskipun demikian, untuk persiapan berjualan, saya harus mempersiapkannya semenjak sore, alasannya yaitu saya harus menyiapkan ragam aksesories untuk berjualan jamu, ibarat sinom (kunyit asam), air panas untuk menyeduh, telur ayam kampung dan bebek, gula-gula (permen), madu, serta jeruk nipis.

Sinom merupakan minuman penawar rasa pahit jamu seduh. Demikian juga dengan gula-gula yang dipakai oleh pembeli untuk menghilangkan rasa pahit yang tertinggal di pengecap sehabis minum jamu.

Madu saya gunakan untuk menambah rasa dan khasiat jamu semoga tidak pahit. Sedangkan telur ayam kampung saya gunakan kalau ada usul dari konsumen untuk menambahkan kuning telur pada jamunya. Biasanya, untuk menambah stamina, pembeli minta ditambahkan kuning telur ayam kampung atau bebek. Satu hingga lima butir. Untuk menghilangkan basi bau telur dan aroma jamu yang menyengat, saya kasih juga beberapa tetes air jeruk nipis. Saat itu para pembeli suka dengan seduhan jamu saya, alasannya yaitu berdasarkan mereka seduhan jamunya lembut, tidak terasa amis, dan rasa pahitnya tidak menempel di lidah.

Untuk sinom, meskipun merupakan minuman penawar jamu, para pembeli biasanya meminta tambah untuk dibawa pulang. Atau kadang-kadang kalau mereka membawa anak-anak, biasanya meminta untuk saya bungkuskan dengan memakai plastik. Memang sinom saya manisnya manis gula, alasannya yaitu saya tidak memakai pemanis buatan.
"Perlu diperhatikan, penjual jamu kadang-kadang menciptakan sinom dengan memakai zat pemanis dan pewarna semoga warna kuning sinomnya lebih cerah. Ini merupakan trik penjual jamu untuk meraih laba yang lebih besar, alasannya yaitu kalau memakai gula, maka biaya pengolahan sinom bertambah. yang artinya akan mengurangi laba penjualan." 
Asam Jawa - Salah Ssatu Bahan Pembuat Sinom (Pic. Dokumen Pribadi, 2012)
Bagi saya, sinom sebagai bab dari pemeliharaan kesehatan harus diolah dengan materi dara yang sehat pula. Karena itu, untuk menciptakan sinom, saya membuatnya sendiri setiap hari untuk satu kali berjualan. Artinya, saya tidak menyimpan sinom di kulkas untuk saya jual keesokan harinya. Dengan berbahan kunyit, asam jawa, gula jawa, dan gula tebu, serta sedikit garam, para pembeli sangat menyukai sinom saya. Bahkan belum dewasa juga menyukainya.
"Sinom ini juga biasaya saya gunakan untuk mengurangi rasa pahit jamu seduhan, yaitu dengan mencampurnya dalam jamu seduhan. Mungkin kalau dilihat dari segi biaya, penggunaan sinom dalam jamu seduhan juga memperbesar biaya penyeduhan, tetapi kalau hal ini menciptakan pelanggan merasa nyaman minum jamu seduhan kita, maka pelanggan tersebut akan mengulangi pembelian dan bahkan merekomendasikan kepada pembeli lainnya. Hal ini alasannya yaitu ada nilai tambah dalam mengonsumsi jamu seduhan yang kita berikan kepada pembeli."
Hal lain dalam aksesories penyeduhan jamu yang juga menjadi perhatian saya pada waktu itu yaitu penggunaan campiran cairan beralkohol yang biasanya dipakai sebagai adonan jamu untuk pria. Biasanya, pembeli jamu laki-laki minta tambahan cairan beralkohol ini dalam jamunya semoga mencicipi sensasi hangat pada tubuh sehabis minum jamu. Pada dikala menjadi penjual jamu seduh, saya menghindari aksesories penyeduhan jamu yang satu ini, alasannya yaitu saya menghindari materi beralkohol dalam jamu seduhan saya.

Perlengkapan Penjual Jamu Seduh

Selain aksesoris perjamuan tersebut, saya juga harus mempersiapkan perlengkapan penyeduhan, ibarat saringan telur ayam untuk memisahkan kuning telur dari putihnya, sendok untuk mengaduk seduhan, gelas untuk menyeduh, gelas kecil untuk sinom, dan nampan untuk menyajikan jamu kepada pembeli, pisau untuk mengiris jeruk nipis, serta tissue. Selain itu, juga saya sediakan bejana kecil untuk menampung gelas kotor.

Untuk gelas seduhan, saya menyediakan banyak gelas, alasannya yaitu gelas-gelas yang sudah saya pakai untuk menyeduh tidak saya gunakan ulang dan saya harus mencucinya dengan pembersihan yang sempurna. Jika gelas tersebut dipakai ulang dengan cara pembersihan yang tidak sempurna, aroma jamunya masih menempel di gelas, sehingga akan bercampur dengan aroma jamu yang gres diseduh. Terlebih kalau jamu tersebut memakai kuning telur, maka aroma basi telurnya akan menempel di gelas. Hal ini sangat mengganggu rasa dan nikmatnya minum jamu seduhan. Itulah mengapa, saya menyediakan bejana kecil untuk menampung gelas-gelas kotor bekas seduhan untuk dicuci.
"Bahkan untuk gelas bekas seduhan dengan jumlah telur yang relatif banyak (biasanya para pembeli jamu laki-laki cukup umur memakai kuning telur antara 3-5 butir, dengan hitungan ganjil), maka saya harus merendamnya dengan air hangat dan kulit jeruk nipis bekas irisan yang saya gunakan untuk menyeduh."

Ragam Bentuk Jamu

Jamu Seduh (sumber: Rumah Jamu, 2014)
Jamu-jamu yang saya jual di depot jamu saya waktu itu juga bukan sebatas jamu seduh yang berbentuk puyer/serbuk, tetapi juga jamu dalam bentuk cair, pill, kaplet, dan kapsul. Yupps, dikala itu, produsen jamu memang sudah mulai kreatif dalam memproduksi jamunya. Pengolahan ramuan jamu dalam banyak sekali bentuk tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakuan oleh industri jamu di Indonesia tersebut untuk memenuhi selera konsumen dan semoga jamu sanggup dikonsumsi dengan nyaman dan gampang oleh konsumen. Jamu untuk penambah stamina pria  misalnya, tidak hanya tersedia dalam bentuk serbuk, tetapi ada juga yang dalam bentuk cair, kaplet, dan kapsul. Demikian pula dengan jamu higienis darah, jamu kewanitaan, jamu pegal linu, ada yang serbuk dan juga ada yang dalam bentuk pill.

Ragam bentuk jamu tersebut memudahkan pembeli dalam mengonsumsi jamu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lukman Muslimin dkk (2009), bentuk jamu yang paling diminati konsumen yaitu cair (59%),  puyer/serbuk  (30%),  dan  pil/kapsul  (11%). Untuk jamu serbuk sendiri, kalau pembeli ingin menyeduh jamunya di rumah, maka ada paket jamu komplit, yaitu paket jamu yang di dalamnya sudah ada jamu serbuk dan madunya sekalian.

Jamu yang saya jual juga bukan hanya sebatas jamu untuk orang dewasa, tetapi juga jamu untuk remaja dan anak-anak. Dalam penuturan Trubus yang dikutip oleh Listia Natadjaja dkk (2014), jamu memang diklasifikasi menjadi empat kategori berdasarkan pengguna dan kegunaannya, yaitu Jalu Usada, Wanito Usada, Rarya Usada, dan Triguna Usada.
  • Jalu usada yaitu jamu untuk kesehatan dan stamina pria.
  • Wanito usada yaitu jamu untuk kesehatan dan kecantikan termasuk kesehatan reproduksi, kecantikan, dan perawatan sehabis melahirkan.
  • Rarya usada yaitu jamu untuk anak-anak
  • Triguna usada yaitu jamu untuk semua orang yang menderita penyakit tertentu, ibarat batuk, pusing, flu, atau mual.

Jamu untuk Anak (sumber: Rumah Jamu, 2014 dan Jamu Jago, 2009)
Untuk anak-anak, tentunya jamu diramu dan dikemas sesuai dengan sikap anak-anak. Jamu Buyung Upik dan Anak Sehat misalnya, dikemas dalam sachet dan diramu dalam ragam rasa buah. Mulai dari rasa cokelat, rasa jeruk, dan rasa strawberry. Pembuatannya juga sangat mudah, tinggal tuang ke dalam air hangat atau cuek sesuai selera, kemudian aduk, dan jamu anak pun siap untuk diminum.

Jamu Tradisional Berbahan Kimia Obat

Pengalaman sebagai penjual jamu menunjukkan pengetahuan bagi saya untuk menentukan jamu yang berbahan alami dan berbahan kimia obat (BKO). Pada dikala saya berjualan jamu, rumor mengenai penggunaan materi kimia dalam jamu tradisional juga sudah mulai beredar. Bahkan ada razia terhadap penjual jamu ibarat saya dari petugas untuk menemukan jamu berbahan kimia obat. Karena itu, saya juga mengikuti perkembangan info dari grosir dan sesama penjual jamu mengenai jamu-jamu apa saja yang diindikasi berbahan zat kimia obat, yang tentunya merusak khasiat dari jamu.

Bahan-bahan kimia obat yang ditambahkan tersebut biasanya berfungsi untuk mempercepat proses penghilangan rasa sakit. Hal ini sanggup dirasakan pembeli, yang kalau sudah pernah minum jamu tersebut mereka akan mencicipi perubahan secara cepat. Namun kalau mereka tidak minum jamu tersebut keesokan harinya maka mereka menjadi ketagihan atau tubuh terasa sakit semua. Artinya, kalau mereka tidak meminum jamu-jamu tersebut, tubuh akan terasa tidak lezat dan kalau sudah meminumnya, maka tubuh eksklusif mencicipi dampaknya.

Hal ini tentunya berbeda dengan jamu berbahan alami yang memerlukan proses untuk penyembuhannya. Dan, tidak menjadikan imbas ketagihan.

Jamu Seduhan dan Camilan Pengiring

Saat saya berjualan jamu, di meja kawasan saya menyajikan jamu untuk pembeli tidak hanya menyediakan tisue, tetapi ada juga masakan kecil atau kudapan yang saya sajikan. Seperti gorengan, kacang telur, kacang bawang, ragam keripik (keripik singkong, keripik jagung, dan lain-lain). Pastinya, kudapan tersebut bukan saya yang mengolahnya, tetapi para tetangga yang turut menitipkan dagangannya di depot jamu seduhan saya.

Programnya cukup sederhana saja, mereka menitipkan kudapan di kawasan saya dan saya menjualkannya kepada pembeli. Jika ada yang laris maka saya membayarnya sesuai dengan jumlah kudapan yang laku. Sedang sisanya diambil kembali untuk ditukar dengan yang baru. Pastinya lagi, di sini saya mengambil laba beberapa rupiah per unit kudapan :). So, ada simbiosis mutualisme antara saya dengan tetangga yang bisa menciptakan kudapan tetapi tidak sanggup menjual produknya kepada konsumen.

Berdasarkan uraian pengalaman saya dikala menjadi penjual jamu seduhan di atas maka sanggup diambil beberapa kesimpulan bahwa penjual jamu seduh tidak hanya melestarikan tradisi penggunaan jamu Indonesia, tetapi juga menambah pendapatan rumah tangga dan masyarakat sekitar; memperkuat jiwa wirausaha masyarakat; memperbaiki gambaran jamu melalui peoses penyampaian pelayanan yang nyaman, bersih; dan pengawas adanya kemungkinan jamu berbahan kimia obat

Dalam posisinya dalam rantai distribusi produk, penjual jamu seduh menjadi ujung tombak penyampai produk yang dikeluarkan oleh produsen jamu hingga ke konsumen akhir. Sebagai tenaga penjual pada rantai distribusi paling ujung, penjual jamu seduh menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, selain harga, waktu, dan jumlah. Kemampuan penjual jamu seduhan untuk menjaga kualitas pelayanan dan selalu memperhatikan higinitas (kebersihan) perlengkapan penyeduhan jamu, serta memperhatikan bahan-bahan (aksesories) dalam penyeduhan jamu juga menjadi faktor penentu pembeli dalam memutuskan penggunaan jamu untuk memelihara dan menjaga kesehatan, kecantikan, dan pengobatan.

Jika penjual jamu seduh bisa meracik, menyajikan, dan melayani pembeli selesai dengan baik, maka pengalaman pembelian ini akan mempengaruhi gambaran jamu, cara konsumsi jamu oleh konsumen, serta dogma komsumen untuk mengonsumsi jamu.

Referensi:
  • Biopharmaca Research Center, 2013.
  • BRC Collection, 2013.
  • Rumah Jamu Online Sido Muncul, 2014.
  • Official Website Jamu Jago: Jamu Anak, 2009.
  • Listia Natadjaja, Faruk Tripoli, dan Bayu Wahyono, 2014, Traditional Medicine (Jamu) in Modern Medical Discourse, The International Journal of Social Sciences, 30th July 2014, Vol 25 No.1, pp. 55-65.
  • Louise Jumarani, 2009, The Essence of Indonesian Spa: Spa Indonesia Gaya Jawa dan Bali, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
  • Lukman Muslimin, dkk., 2009, Laporan Akhir: Kajian Potensi Pengembangan Pasar Jamu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri, Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)