Saturday, 21 April 2018

Lestarikan Jamu Indonesia Dari Dapur Ibu

Me: "MBak Zakia gimana Pak, apa sudah masuk hari ini?."
Pak D: "Belum Bu. Masih Sakit. Hari ini belum dewasa akan Menengok ke Rumah mBak Zakia."
Me: "Kalau Pak Yogi, gimana Pak. Sudah Sehat?"
Pak D: "Beliau hari ini masuk Bu. tetapi kelihatannya masih lemes. Makannya juga masih belum teratur. Hari ini saja ia hanya makan donat. Itu pun sedikit sekali,"
Me: "APa mau saya buatkan jamu ta pak, temulawak apa kunyit begitu?"
Pak D: "Memang ramuan itu bisa untuk pusing ya Bu."
Me: "Kalau bdan pusing dan demam, pilek pakai Jahe saja pak. Madu sama Jahe hangat. Kemarin itu Husni juga saya bikinkan Madu dan Jahe hangat ketika bilang pusing dan pusing. Nggak apa-apa pak, ditawarin saja."
Pak D: "O begitu ya Bu. Isteri saya sering pusing berarti biar minum jahe saja. 
              Itu minumnya sesudah makan ya Bu."
Me: "Kalau Madu dan Jahe itu minumnya sebelum makan nggak apa-apa Pak. Malah manis untuk melapisi lambung. Tapi sebelumnya lambung sudah dinetralisir pakai air putih ya Pak.

Itu yakni sepenggal percakapan saya di sore hari itu bersama HRD di kantor my hubby, lantaran kebetulan beberapa bulan terakhir ini saya membantu my hubby untuk pengembangan di kantor beliau. Yupps, tradisi dan budaya di keluarga saya waktu saya masih kecil terbawa oleh saya hingga saya cukup umur dan berkeluarga. Saya memanfaatkan bahan-bahan yang ada di dapur untuk menjaga kesehatan dan pengobatan kalau sakit.

Ramuan Jamu Godhog (Pic. Dokumen Pribadi, 2012)
Tradisi Keluarga: Ramuan Jamu dari Dapur dan Tanaman Sekitar

Minum ramuan tumbuhan dari kebun dan ladang atau tegalan sudah menjadi tradisi keluarga semenjak saya masih kecil. Saat Ibu saya habis melahirkan, saya diminta membantu mencari daun-daunan menyerupai daun dlingu, daun simbukan, daun katuk untuk diramu bersama bumbu dapur menyerupai ketumbar dan kunyit. Menurut Nenek almarhum, ramuan tersebut sanggup memperlancar Air Susu Ibu (ASI) dan menghilangkan kedaluwarsa anyir ASI dan darah nifas. 
Sengatan kedaluwarsa daun dlingu, daun simbukan, dan kunyit ketika dihaluskan menjadi aroma yang khas yang menusuk di hidung ketika cairan berwarna hijau renta itu siap untuk diminum Ibu.

Tradisi tersebut berlangsung sesudah kami semua sudah beranjak besar dan dewasa. Ibu tetap memakai ramuan daun-daunan dan akar-akaran tidak hanya kalau kami sakit. Tetapi Ibu juga berbagi ramuan untuk kami semua, termasuk Ibu dan Bapak, ramuan untuk menjaga kesehatan. Untuk Bapak, ibu berbagi ramuan kunyit, kunyit putih, brotowali, yang dicampur dengan kuning telur dan madu. Sedangkan untuk kami, anak-anaknya, Ibu menciptakan ramuan tanpa kuning telur.

Saya masih ingat, ketika saya masih kecil dan sakit panas. Ibu akan memberiku minuman kunyit dan telur ayam kampung. Pastinya, telur ayamnya bukan ayam mentah, tetapi telur ayam kampung tersebut dibakar dengan bungkusan daun pisang. Rasa sedap aroma daun pisang yang terbakar menciptakan saya pingin minta lagi dan lagi. 

Jika batuk, maka Ibu akan meminta saya mengunyah kencur. Rasa kencur yang tajam memang menyengat lidah. Namun pada waktu itu saya harus tahan. Dan, lama-lama saya terbiasa juga, sehingga setiap saya batuk saya akan mencari kencur. Setelah mengunyah kencur, batuk memang lebih lancar dan dahak pun gampang keluar, sehingga tenggorokan terasa lega. 
Bahkan hingga sekarang, kalau belum dewasa saya batuk maka saya akan menciptakan parutan kencur dan mengambil airnya. Karena belum dewasa saya tidak terbiasa dengan aroma dan rasa kencur yang menyengat, maka saya memberinya sedikit garam untuk mengatakan sengatan rasa kencur.

Jika batuk yang menyerang disertai pilek dan pusing, maka wedang jahe ibu yang berbicara. Wedang jahe yang dibentuk ibu terasa pedasnya. Terutama kalau ibu menciptakan jahenya dengan memakai jahe merah. Sebagai pemanisnya Ibu memakai Gula Siwalan, yaitu gula yang dibentuk dari nira pohon Siwalan yang banyak ditemukan di kawasan pesisir pantai utara. 
Rasa hangat dan aroma sedap Jahe menciptakan badan ikut hangat dan terasa nyaman. 

Sekarang, kalau belum dewasa batuk dan demam, saya juga masih suka berbagi wedang jahe hangat. Hanya saja, lantaran Gula Siwalan tidak saya temukan di Surabaya, maka pemanisnya saya pakai Madu. Kebetulan saya memakai Madu Lebah Hutan yang saya pesan dari Blitar atau Sumbawa. Madunya bisa madu putih atau madu biasa. Anak-anak sangat menyukai Madu Jahe hangat ini, lantaran rasa hangat dan manisnya memang menciptakan nyaman tubuh.


Nah, ramuan lain yang hingga ketika ini sangat berkesan dalam ingatan saya yakni ramuan daun kumis kucing dan kunyit. Awalnya, Ibu saya mengatakan ramuan ini kepada abang saya yang terkena anyang-anyangan (buang air kecil tidak lancar). Biasanya, di desa kami, ada tradisi kalau terjangkit anyang-anyangan, maka ibu jari kaki akan diikat dengan merang (batang padi yang kering). Namun selama hampir dua hari abang saya mengikat ibu jari kakinya, anyang-anyangan itu tidak juga berhenti. Tentu saja abang saya sangat tersiksa sekali. Hingga balasannya Ibu tetapkan untuk membawa ke rumah Mantri di Puskesmas Desa. 

Sebelum benar-benar berangkat, tiba-tiba ada tamu dari Desa Sebalah (Desa Sendang, Paciran) yang ke rumah dan melewati tumbuhan kumis kucing yang saya tanam di sebelah utara kamar mandi. Melihat tumbuhan tersebut, tamu tersebut menjelaskan bahwa daun kumis kucing sanggup dipakai untuk menyembuhkan orang yang sakit kencing batu. Nah, Ibu pun ada ilham untuk memberikannya kepada kakak. Dengan meramu daun kumis kucing dan kunyit, Ibu meminta abang meminumnya. Rasa pahit daun kumis kucing tersebut memang sangat berkhasiat. Tanpa menunggu lama, abang saya sudah kembali sanggup buang air kecil dengan lancar.

Akhirnya, Ibu pun memasukkan kumis kucing sebagai aktivitas dalam ramuan jamu di keluarga kami. Hebatnya, ketika saya dilepen (dismenore) pun, saya sanggup memakai kumis kucing itu untuk meredakan rasa sakit yang ahli tersebut. Ya, ketika masih remaja, sudah menjadi kebiasaan kalau tiba bulan, maka rasa sakit perut akan menyerang dengan hebat. Dengan daun kumis kucing yang super pahitnya itu, saya biasanya meredakan rasa sakit itu. Saya mengonsumsinya dengan menjadikan lalapan saja, lantaran kalau saya memeras airnya, rasa pahit yang kurasakan sangat tajam. Sedangkan kalau saya menjadikannya lalapan, rasa pahitnya tidak terlalu tajam di lidah.
Aneka Bahan Ramuan Jamu dari Dapur, Kebun, dan Ladang (Pic. Dokumen Pribadi, 2012-2014)
Bukan Sekedar Bumbu Dapur dan Sayur

Dari uraian dongeng di atas, sanggup dilihat bahwa bahan-bahan dari dapur pun sudah bisa dipakai untuk meramu jamu untuk memelihara dan menjaga kesehatan serta untuk pengobatan (preventive, promotive, dan curative). Bahan-bahan di dapur yang harganya murah dan gampang ditemukan. Selain itu, materi dedaunannya pun sanggup diperoleh dengan gampang di kebun atau di ladang.

Jahe
Dalam masyarakat, jahe banyak dipakai untuk menciptakan wedang jahe yang dinikmati ketika hawa dingin. Peran wedang jahe sebagai minuman penghangat ini ternyata juga mempunyai manfaat bagi kesehatan. Sifat khas jahe tersebut timbul lantaran jahe mengandung minyak atsiri (yang menjadikan aroma pedas) dan oleoresin yang menjadikan rasa pedas.
Secara ilmiah, jahe berperan sebagai antikanker, antidepressan, antikoagulasi, antioksidan, sehingga jahe mempunyai manfaat untuk meredakan rasa nyeri, penurun panas, dan peningkat imunitas (Prapti Utami dan Desty Ervira Puspaningtyas, 2013).
Madu dan Jahe (Pic. Dokumen Pribadi, 2013).
Kemampuan jahe dalam meredakan rasa nyeri ini sanggup dipakai untuk melapisi lambung pada penderita sakit maag, di mana jahe dan madu hangat sanggup diminum sebelum makan.


Kencur
Kencur juga merupakan bumbu dapur yang berguna untuk menyedapkan masakan. Namun demikian, kencur mempunyai khasiat kesehatan yaitu untuk mengobati radang lambung, radang anak telinga, influenza, masuk angin, sakit kepala, batuk, menghilangkan lelah. Manfaat kesehatan tersebut disebabkan lantaran kencur mempunyai kandungan minyak atsiri yang terdiri atas kamfer, bormeol, sineol, dan etil alkohol (Setijo Pitojo, 2008).

Kunyit
Secara ilmiah, cuilan rimpang kunyit sanggup dipakai untuk mengobati diabetes mellitus, tifus, usus buntu, disentri, sakit keputihan, memperlancar haid, dan memperlancar asi dan masih banyak manfaat lain yang terkandung dalam kunyit (Biopharmaca Research Center ,BRC).


Ketumbar
Ketumbar merupakan salah satu bumbu dapur yang paling sering dipakai di dapur. Peran ketumbar sebagai penyedap kuliner ini ternyata dilengkapi dengan khasiat kesehatan yang dikandungnya. Dalam biji ketumbar terkandung zat saponin, flavonoid, dan tanin, yang menjadikan ketumbar banyak memberi manfaat kesehatan, menyerupai sariawan, pencernaan, dan haid yang tidak teratur (Suharmiati dan Lestari Handayani, 2005).
Itulah mengapa Ibu memakai ketumbar dalam ramuan jamu sesudah melahirkan. Selain untuk memperlancar nifas, ternyata juga memperbaiki pencernaan, biar nafsu makan tetap terjaga. Dengan demikian, asupan gizi untuk Ibu dan anak tetap terjaga.

Kumis Kucing
Kumis kucing yakni tumbuhan semak-semak yang mempunyai bunga dengan bentuk tangkai putik yang memanjang dari kelopak bunganya. Tangkai-tangkai putik yang terdiri atas beberapa buah tersebut menyerupai dengan kumis kucing sehingga nama flora ini disebut dengan kumis kucing. Dalam Biopharmaca Research Center (BRC) disebutkan bahwa daun kumis kucing  bermanfaat untuk memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik). Inilah makanya, pada ketika abang saya terkena anyang-anyangan, sanggup sembuh dengan cepat ketika meminum ramuan kumis kucing.

Selain itu, juga disebutkan dalam BRC bahwa kumis kucing sanggup dipakai sebagai aniinflamasi, antioksidan, dan antibakteri. Fungsi sebagai antiinflamasi ini yang membanu saya ketika dismenore menyerang, dan meredakan rasa sakit yang ahli ketika dilepen menyerang.

Daun Katuk
Daun katuk umumnya dimanfaatkan untuk sayur sebagai sobat nasi. namun demikian, dalam daun katuk mengandung manfaat kesehatan yaitu untuk menambah hormon kewanitaan. Itulah mengapa daun katuk banyak dimanfaatkan untuk memperlancar ASI. Kemampuan daun katuk dalam meningkatkan hormon kewanitaan ini disebabkan oleh adanya senyawa fitokimia aktif yang berguna obat, yaitu senyawa eikosanoid dan senyawa yang merangsang pembentukan hormon steroid (Wied Harry Apriadji, 2007).

Mengenalkan Khasiat Bumbu Dapur pada Seluruh Anggota Keluarga

Selain beberapa materi dari dapur ibu dan dedaunan dari ladang dan kebun yang disebutkan di atas, masih ada banyak jenis dedaunan dan bahan-bahan dari dapur yang sanggup dipakai untuk ramuan jamu. Melalui penggunaan dedaunan dan materi yang ada di sekitar kita, maka belum dewasa semenjak dini sudah mengenal bahan-bahan tersebut dan kegunaannya. Bahwa materi di dapur bukan hanya untuk memasak semata, tetapi bisa diramu sebagai jamu yang memberi manfaat kesehatan kepada manusia.

Bagi yang tinggal di kota dengan lahan terbatas, tanaman-tanaman sehat berguna tersebut sanggup ditanam di dalam pot-pot sederhana, yang sanggup dirawat bersama anggota keluarga. Sehingga belum dewasa semenjak dini sanggup mengenali bahan-bahan yang sanggup dimanfaatkan sebagai jamu tradisional dan melanjutkan estafet tradisi secara turun temurun.
Memelihara Tanaman di Pot-pot Sederhana untuk Kebutuhan Dapur dan Kesehatan (pic. dok. Pribadi, 2012)


Referensi:
  • Biopharmaca Research Center (BRC), http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection.
  • Prapti Utami dan Desty Ervira Puspaningtyas, 2013, The Miracle of Herbs, Jakarta, PT Agromedia Pustaka.
  • Setijo Pitojo, 2008, Khasiat Cincau Perdu, Yogyakarta, Kanisius.
  • Suharmiati dan Lestari Handayani, 2005, Ramuan Tradisional untuk Keadaan Darurat di Rumah, Jakarta, PT Agromedia Pustaka.
  • Wied Harry Apriadji, 2007, Makan Enak untuk Hidup Sehat, Bahagia, dan Awet Muda, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. 


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)