Monday 22 January 2018

Perjuanganku Melancarkan Asi Sesudah Usang Menjadi Ibu Sufor

Tags

Ade B usia 8 hari

Bagi sebagian ibu, memproduksi ASI yaitu hal yang biasa saja, sangat mudah, begitu saja keluar tanpa ada usaha yang berarti. Mungkin itulah sebabnya banyak ibu menyusui yang memandang sebelah mata ibu yang memperlihatkan susu formula kepada bayinya. Anak pertama saya contohnya, dikenyangkan oleh susu formula. Waktu itu, ASI saya tidak keluar dan lantaran saya fakir ilmu, saya tidak tau harus bagaimana. Ditambah lagi lingkungan yang hanya sanggup men-judge saya dengan ucapan "percuma payudara besar tapi tidak ada ASI" dan ucapan menusuk lainnya.

Saat saya mengetahui saya hamil anak kedua, saya ketakutan setengah mati. Bukan takut tidak sanggup membesarkannya, saya takut tidak sanggup memproduksi ASI menyerupai waktu anak pertama. Saya takut payudara saya tidak sanggup memperlihatkan hak anak saya. Saya takut orang-orang akan berkata menusuk lagi dan men-judge saya dan anak saya macam-macam.

Pelbagai cara saya lakukan untuk mengusahakan semoga ASI saya keluar di kehamilan kedua kala itu. Saya bertanya pada saudara dan mitra yang berhasil mengASIhi bayinya. Suplemen yang diiklankan pun saya beli semoga sanggup memproduksi ASI ketika anak saya lahir. Saya juga mencari rumah sakit yang pro ASI.

Tapi Tuhan berkata lain. Saat melahirkan, saya terus menyusui anak saya meski saya tahu ketika itu ASI saya tidak keluar sama sekali. Beruntung sekali saya melahirkan di rumah sakit yang tidak pribadi memperlihatkan susu formula kepada bayi. Meskipun saya melahirkan dengan cara caesar, saya tetap semangat menyusui anak saya. Tubuh saya yang masih kesakitan, kupaksa untuk berbalik dan bangkit untuk memberi ASI pada bayiku.

Sampai di hari ke tiga, saya memutuskan untuk memperlihatkan susu formula kepada bayi saya (dengan syarat suami harus tanda tangan pemberian susu formula kepada pihak rumah sakit). Waktu itu saya sangat stress berat lantaran seorang kerabat suami yang tiba berkunjung terus-terusan memegang payudaraku bahkan "membantu" memasukkan area puting ke dalam ekspresi bayiku. Belum lagi, kerabat prianya terus-terusan memandang payudaraku ketika menyusui bayiku meski saya telah berbalik badan, dia tetap saja mengikuti.

Sepulang dari rumah sakit, saya kembali mengusahakan bayiku menyusu di payudaraku, dengan tetap memperlihatkan susu formula. ASI saya belum keluar sama sekali dan bayiku menangis kelaparan. Belum lagi lantaran waktu itu saya melahirkan di Makassar dan menumpang di rumah orang tuaku, mereka memarahiku lantaran tidak memperlihatkan susu formula pada bayiku, mereka terus-terusan berkata bahwa saya tidak memiliki ASI, bahwa payudaraku kosong. Padahal saya begitu yakin bahwa sebentar lagi payudaraku terisi dengan ASI. Pikiranku kacau, saya mulai stress. Belum lagi luka operasi yang begitu menyakitkan, saya menangis sejadi-jadinya dihadapan suamiku.

Ade B 1 bulan

Lalu saya berkonsultasi pada seorang mitra usang yang sukses mengASIhi dan dia juga tergabung dalam grup AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) Sulsel, dari dia lah semangat mengASIhi ku muncul dengan membara. Beliau menyampaikan bahwa setiap payudara niscaya berisi ASI, hanya saja faktor stress yang menghambatnya keluar. Beliau menyarankan untuk melaksanakan pijat oksitoksin di rumah dengan pinjaman suami. Saya pun melakukannya dengan sebelumnya mencari rujukan di youtube. Ketika suami melaksanakan pijatan, ada tetesan yang membasahi pahaku. Awalnya kupikir itu yaitu ASI ku yang mengucur, ternyata air mataku yang jatuh. Saya tidak sadar sedang menangis. 

Saya jadi kepikiran dengan anak pertamaku, saya merasa sangat bersalah padanya. Lalu saya kembali memandangi anak keduaku, saya semakin menangis, saya benar-benar bersedih, merasa tidak pantas menjadi seorang ibu. Sepertinya saya terkena baby blues

Kemudian mitra saya berkata, bahwa ASI hanya sanggup keluar kalau ibunya bahagia. Ayo, kau makan apa saja yang sanggup bikin hati kau senang, beli apa saja yang sanggup bikin hati kau senang. Terlebih, lihat bayi kamu, sayangi dia dan yakin kau sanggup mengASIhinya. Well, saya mencobanya. Saya membeli makanan yang saya sukai, saya menonton sampai larut malam dan membeli paket perawatan yang sudah usang saya incar.

Ade B 2 bulan

Alhamdulillah
, sempurna di hari ke lima, tiba-tiba saya merasa payudara saya terisi penuh, baju saya basah. Saya merasa belum percaya. Saya coba memompanya, namun hanya membasahi pantat botol. Setelah saya konsultasikan pada mitra saya, ternyata memang demikian. Lalu saya coba menyusui anak saya, alhamdulillah anak saya terus mengisap dan menelan. Saya coba melepaskan susu formulanya, alhamdulillah pipisnya tetap banyak, poopnya juga lancar. 

Tapi meskipun saya sudah menyusui anak saya, masih saja ada yang bilang, "ASI mu kayaknya nda cukup untuk bayimu, kenapa dia menyusuinya usang sekali." Ya ampun, memang benar ya omongan orang tidak akan ada habisnya. Tapi saya dingin saja, asalkan BAK dan BAB anak saya lancar, berat badannya bertambah, saya yakin ASI saya cukup untuknya.

Setelah mulai menyusui, saya tidak ada makanan khusus untuk melancarkan ASI. Hanya vitamin blackmores dan madu yang harus saya habiskan, lantaran awalnya disarankan mitra saya sebelum ASI saya keluar.

Ade B 2 setengah bulan, 6,4kg
As you can see di setiap foto di atas, tubuh adek B sudah bertambah, tubuhnya juga semakin keras kalau dipegang. Gerakannya juga masih aktif. Jika masih saja ada yang ngomong "ASI kau tidak lancar", kayaknya tuh orang minta diperahin ASI deh, gemeesss...

Nah, mams, itulah perjuanganku melancarkan ASI di dalam lingkungan yang sangat tidak mendukung. Punya pengalaman juga atau gres akan berjuang? good luck, ya!

mamsqi.com
Instagram: mamqifaya


EmoticonEmoticon