Wednesday 24 January 2018

Pengalaman Merawat Sendiri Bayi Kuning Di Rumah

Ibu mana yang tidak panik ketika mendapati kondisi bayi mungilnya yang tak berdaya mempunyai kelainan, tidak normal ibarat bayi pada umumnya. Terlebih kelainan itu terlihat sangat ambigu. Ya, bayi kuning memang membuat banyak sekali persepsi di mata orang yang melihatnya. Orang awam kemungkinan besar akan menyampaikan bahwa si bayi kehilangan cairan tubuh alasannya yaitu kurangnya ASI.

Sewaktu program syukuran, kira-kira sebulan yang kemudian ketika anak saya berusia 8 hari, beberapa orang yang tiba melihat bayi saya menyampaikan bahwa si anak berwarna kuning. Bahkan beberapa orang dengan lantangnya men-judge saya mempunyai ASI yang kurang. Padahal saya gres saja senang alasannya yaitu karenanya ASI saya keluar sehabis hari kelima kelahiran bayi saya. Mendengar ucapan-ucapan sumbang itu, saya hanya sanggup menyembunyikan kesedihanku dibalik senyuman palsu. Dalam hati, perasaan sudah bercampur aduk, terkadang saya menitikkan air mata di balik sunyi.

Keesokan harinya saya memperhatikan anak saya dengan seksama di bawah cahaya matahari. Oh, ternyata bayi saya memang kuning, bahkan matanya pun berwarna kuning. Saya membuka kembali foto-foto yang saya ambil dua hari sebelumnya, ternyata bayi saya memang kuning, Kenyataan ini membuat saya semakin lemas menjadi-jadi. Pikiran saya kacau dan hati saya tidak tenang. Saya ketakutan alasannya yaitu mengingat anak pertama saya tidak mendapat hak sepenuhnya atas ASI ku. Namun saya pikir lagi, jikalau memang anak saya kuning alasannya yaitu dehidrasi, lantas mengapa urinnya cukup, BAB nya juga lancar. Saya semakin cemas.

Mata bahkan hingga gusinya pun ikut berwarna kuning, usia 7 hari
Kebetulan saya mempunyai seorang teman yang sudah dua kali kami hamil bersamaan, bahkan kedua anak kami lahir dalam waktu berdekatan. Saya sedikit sharing dengan ia dan ternyata teman saya ini kedua anaknya terlahir dalam kondisi kuning. Ternyata pembuat ulah bayi kuning ini bukan alasannya yaitu kurangnya asupan ASI, namun alasannya yaitu ulah si bilirubin pada badan si kecil (bisa di googling ya). Setelah beberapa klarifikasi dari ia yang kebetulan juga seorang perawat, karenanya saya mulai kalem.

Lalu beberapa hari kemudian, saudari ipar saya berkunjung ke rumah. Saya menceritakan kondisi anak saya dan berencana akan membawanya ke dokter anak. Namun saudari ipar saya ini menyampaikan bahwa anaknya juga terlahir dengan kondisi ibarat itu, waktu itu ia membawanya ke dokter anak, tapi si bu dokter hanya menyarankan biar si bayi dijemur pagi antara pukul 7 hingga 8. Nah, kebetulan di Makassar lagi sering hujan waktu itu, otomatis waktu berjemur anak saya terganggu. Bayangkan saja, usia anak saya sudah lewat setengah bulan namun berjemur gres 3 kali. 

Namun, saya tidak menyerah, saya terus memanjatkan doa pada Sang Pengatur Hujan, sambil terus memperlihatkan ASI pada anak saya. Alhamdulillah, matahari pagi pun muncul. Setiap pagi saya menjemur anak saya di bawah matahari pagi selama kurang lebih 15 menit. Anak saya hanya mengenakan popok dan singlet, berbaring di atas pangkuanku yang ikut duduk berjemur sambil menunggu lewatnya penjual jamu.

Adek lagi dijemur pagi
Setelah dijemur dengan rutin, alhamdulillah saat ini mata bayi saya sudah berwarna normal, begitupun dengan gusinya. Namun saya melihat kulitnya masih agak kuning. But it is okay, perubahannya sudah sangat luar biasa menurunkan level kecemasanku.

Mata sudah normal, usia 1 bulan
Nah, demikian pengalaman saya dalam merawat sendiri bayi kuning di rumah. Semoga membantu dan sehat selalu ya si kecil.

mamsqi.com
Instagram: mamqifaya


EmoticonEmoticon