Limbah kulit buah nanas sudah usang dipergunakan sebagai pakan ternak alternatif di sebuah peternakan besar dilampung yang memelihara sapi impor dan sapi lokal. Perusahaan tersebut yakni feedlot GGLC atau Great Giant Livestock and Co yang bergerak pada bidang penggemukan sapi yang terintegrasi pada perjuangan lain yaitu perkebunan nanas yang produksinya dipasarkan sebagai nanas kalengan dan diekspor keluar negeri.
Pada awal penggunaannya di GGLC, limbah kulit nanas tersebut diberikan begitu saja dalam kondisi berair dan ternyata ini berefek pada kualitas dagingnya yang buruk yaitu lembek dan berair atau tidak keset sehingga tidak disukai jagal sapi. Pada perkembangan selanjutnya limbah kulit buah nanas tersebut dikeringkan terlebih dahulu sebelum diberikan sebagai pakan sapi dan berhasil memperbaiki kualitas daging maupun karkas sapi yang dipasarkan.
Buah nanas hadir dengan tugas sebagai hasil dari sektor pertanian yang bisa menghasilkan limbah yang bermanfaat dalam pengembangan peternakan sebagai pakan ternak yang efisien dan juga materi pakan alternatif yaitu menghasilkan kulit dan serat hasil perasan buah bagai materi pakan untuk perkembangan ternak ruminansia. Penggunaan limbah nanas menjadi salah satu pilihan alternatif yang cukup sempurna lantaran selain kandungan nutrisinya yang cukup, ketersediaan bahannya pun cukup melimpah.Kandungan Nutrisi Limbah Kulit Nanas Mendukung Potensi Kulit Nanas Sebagai Bahan Baku Pakan Ternak Sapi
Sebenarnya nanas (Ananas Comocus) bukanlah flora orisinil Indonesia, tetapi pendatang dari Brazilia,Argentina, dan Paraguay. Pada dikala ini nanas telah tersebar luas keseluruh dunia. Negaraproduksi nanas yang populer ialah Hawaii, Taiwan, dan kuba. Di Indonesia flora nanas banyak terdapat di Bogor, Purwakarta, Palembang, Riau, Jambi, dan sebagainya yang luasnya mencapai lebih dari 28.000 hektar dengan produksi mencapai 1999.400 ton per tahun. Hal itu disebabkan flora gampang tumbuh dan tidak banyak memerlukan perawatan. Sedangkan resikokegagalan dalam bertanam nanas jarang terjadi. Pemasaran balasannya gampang asalkan bagus dan tidak gatal. Oleh lantaran itu, kualitas buah sangat memilih pemasarannya. (Natawidjaja.1993)
Produksi buah nanas secara nasional mencapai sekitar 702 ribu ton per tahun dan sebagian besar disumbang oleh lima wilayah utama penghasil nanas. Potensi flora nanas sebagai sumber pakan ternak dimungkinkan, apabila terdapat industri yang akan mengolahan buah nanas menjadi produk hasil olahan ibarat sari nanas. Tingkat rendemen sekitar 15%, atau dihasilkan produk limbah berupa adonan kulit dan serat perasan daging buah sebesar 85%. Walaupun tidak seluruh produksi flora nanas dipakai untuk memenuhi kebutuhan pabrik pengolah yang ada, secara potensi terdapat sekitar 596 ribu ton per tahun limbah segar nanas yang sanggup dimanfaatkan sebagai materi baku pakan ternak. Bila dikonversikan kedalam materi kering dengan kadar air 24%, maka terdapat potensi sebesar 143 ribu ton per tahun limbah nanas kering.. Kandungan serat (NDF) yang relatif tinggi memungkinkan materi tersebut dipakai untuk menggantikan rumput sebagai pakan dasar untuk ternak ruminansia.
Pengolahan limbah nanas untuk menghasilkan materi pakan ternak intinya limbah nanas mengandung air dalam jumlah besar, sehingga membutuhkan pengeringan secara intensif dan cepat untuk menghindari kerusakan bahan. Namun, limbah nanas sanggup pula diproses memakai teknologi fermentasi untuk menghasilkan produk silase limbah nanas. Hal ini dimungkinkan lantaran kandungan air sebesar 75% sesuai bagi proses pembuatan silase (McDonald, 1981).
Teknologi ini sanggup mengatasi problem cepatnya limbah mengalami kerusakan apabila tidak segera dikeringkan. Dengan demikian pengolahan limbah menjadi silase sanggup menghindari proses penggilingan maupun pengeringan, lantaran silase limbah sanggup pribadi dipakai sebagai pakan ternak ruminansia dasar. Hal ini dengan sendirinya berpotensi untuk mengurangi biaya pengolahan secara signifikan, walaupun untuk mengolah limbah kedalam bentuk silase juga membutuhkan biaya, antara lain untuk pembuatan silo dan materi aditif. Diperlukan analisis efisiensi irit untuk mengetahui proses pengolahan yang paling optimal dalam memanfaatakan limbah nanas tersebut yang balasannya akan ditentukan oleh skala produksi.
Limbah nanas mengandung serat (NDF) yang relatif tinggi (57,3%), sedangkan protein agresif termasuk rendah yaitu hanya 3,5%. Oleh lantaran itu, potensi penggunaannya bukan sebagai komponen penyusun konsentrat, namun lebih sebagai pakan dasar penyusun ransum. Limbah nanas yang telah dikeringkan sanggup dipakai pribadi sebagai pakan dasar, sedangkan jikalau dipakai sebagai pakan dasar dalam pakan komplit limbah harus digiling terlebih dahulu. Sebagai pakan dasar, limbah nanas diharapakan sanggup meminimalisir ketergantungan akan pengadaan hijauan pakan bagi kebutuhan ternak. (Winarno.1993).
Kandungan Nutrisi
Nutrisi Komposisi Bahan Kering 54,2%. Bahan organik 91,9%. Abu 8,1%. Protein Kasar 3,6%. NDF 57,3%. ADF 31,1%. Energi Kasar 4481 Kkal/kgBK. Energi Cerna 2120 Kkal/kg BK Kulit buah dan serat perasan daging buah nanas merupakan sumber energi yang potensial untuk ternak ruminansia. Kandungan serat (NDF) yang relatif tinggi memungkinkan materi tersebut dipakai untuk menggantikan rumput sebagai pakan dasar. Limbah nanas berupa adonan serat perasan daging buah dan kulit buah sebagai produk sisa pengolahan buah segar menjadi jus nanas.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Zat Makanan Limbah Nanas (%) Bahan Kering
Komposisi PK SK Abu K BETN
Daun, segar 9.1 3.6 4.9 1.6 0.8
Daun, silase 6 22.8 10 2.9 58.3
Dedak nanas, kering 3.5 16.2 5.2 0.5 74.6
Kulit 6.4 16.7 4.1 0.9 71.9
Mahkota 7.2 25.4 3.7 0.8 62.9
Pucuk 7 22.3 4.1 0.8 65.7
Inti 7.1 19.7 2.3 1 69.9
Hiasan 6.8 16.2 2.6 0.9 73.5
Ampas 7.8 21.9 4.4 1.2 64.7
Sumber : Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan, R.Murni, Suparjo, Akmal, BL.Ginting. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. 2008
Hasil intensifikasi flora pangan tidak hanya mengahsilkan materi pangan, tetapi juga menghasilkan limbah berserat yang melimpah sehingga integrasi antara flora pangan dengan ternak merupakan suatu alternatif untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak.
Menurut Devendra (1987), manyebutkan bahwa pengembangan penggunaan limbah yang berasal dari agroindustri dan materi pakan nonkonvensional sangat penting dillakukan lantaran sanggup dipakai sebagai substitusi kekurangan hijauan maupun sebagai pengganti hijauan, salah satu limbah pertanian yang mempunyai potensi besar yaitu limbah nanas.( Hutagulang et al, 1978).
Adapun dalam pengamatan nilai kecernaan terhadap Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) mengatakan hasil yang cukup baik dimana teradi peningkatan daya cerna hingga 40%. Pemberian ransum dengan serat agresif yang rendah secara kontinyu sanggup mengadaptasikan ternak ruminansia terhadap karbohidrat yang gampang dicerna selain itu basil yang merombaknya juga meningkat. (Arora, 1989).
Berikut yakni tabel analisis proksimat kulit nanas dan beberapa kandungan kimia yang terkandung didalam buah nanas yang menurut berat basah.
Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat Limbah Kulit Nanas Berdasarkan Berat Basah
Komposisi
Rata-rata Berat Basah (%)
Air
86,70
Protein
0,69
Lemak
0,02
Abu
0,48
Serat basah
1,66
Karbohidrat
10,54
Sumber: Sidharta (1989)
Dari data tersebut mengatakan bahwa kandungan air pada nanas lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein, lemak, abu, serat berair dan karbohidratnya.
Berikut ini yakni hasil analisis proksimat materi pakan yang berasal dari limbah industri.
Tabel 3. Analisis proksimat limbah nanas
Bahan BK Abu PK Lemak SK Beta-N Ca P
Ampas nanas 89,6 4,5 4,5 15,8 1,60 63,9 - -
Sumber : http://intannursiam.wordpress.com/2010/08/25/bahan-makanan-ternak-limbah-industry-perkebunan/
Dari tabel diatas industri pengalengan nanas menghasilkan limbah berupa kulit, mahkota daun dan hati buah nanas sebanyak 30-40%. Bila buah nanas tersebut diproses menjadi juice atau sirup akan diperoleh limbah lagi yaitu ampas nanas. Ampas nanas masih mengandung kadar gula tinggi dan serat kasarnya juga cukup tinggi tetapi proteinnya rendah.
Tabel. 4 Komposisi Nanas (%)
Buah Sihid Protein Asam Citrat Gula Reduksi Surkosa Fibre Abu
Nanas segar 12,5-16,1 0,42-0,50 0,8-1,5 1,2-9,7 1,7-10,32 0,17-0,3 1,4-0,7
Nanas kalengan 17 0,43 0,35 9,72 5,12 - 0,4
Menurut Kayser, Nanas segar mengandung zat padat 16,72%, asam citrat 0,63%, gula invert 4% dan sakrosa sekitar 8,6 gram/100cc. Buah mengandung manitol +1% asam terdiri dari sitrat dan malat (13% dari keseluruhan sitrat) zat warna karotine (1,5-2,5 mg/kg) debu terdiri dari KO 0,24,CaO 0,04, MgO 0,02.
Selain buahnya, belahan flora nenas yaang lain sanggup pula dimanfaatkan ibarat kulit buah. Kulit buah nenas sanggup dimanfaatkan sebagai adonan pakan ternak yang disebut silase. Silase yakni produk fermentasi an-aerobik basil asam laktat yang berasal dari hijauan dengan kadar air tinggi. Silase merupakan materi pakan yang berair dan lembut, sehingga disukai ternak dan tidak mengganggu kelancaran sistem pencernaan.
Limbah nanas, baik hasil pengalengan maupun limbah flora sanggup dimanfaatkan untuk materi kuliner ternak ruminansia. Nilai gizi limbah nanas lebih tinggi dibandingkan dengan limbah flora lainnyas. Penyusun utama limbah nanas yakni karbohidrat gampang larut terutama gula. Limbah nanas mengandung provitamin A sekitar 80.000 I.U menurut materi kering (BK). Pemanfaatan limbah nanas dalam bentuk kering atau dalam bentuk dedak lebih menguntungkan daripada bentuk segar atau basah. (Montgomery dkk,1993).
Berdasarkan kandungan nutriennya, ternyata kulit buah nanas mengandung karbohidrat dan gula yang cukup tinggi yang baik dikonsumsi oleh ternak ruminansia. Menurut Wijana, dkk (1991) kulit nanas mengandung 81,72 % air; 20,87 % serat kasar; 17,53 % karbohidrat; 4,41 % protein dan 13,65 % gula reduksi. Mengingat kandungan karbohidrat dan gula yang cukup tinggi tersebut maka kulit nanas juga memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai materi baku pembuatan materi kimia, salah satunya etanol melalui proses fermentasi.
Selama ini secara umum pakan yang dipakai pada ternak ruminansia berupa hijauan, ibarat jerami dan bongkol jagung yang ditambah konsentrat. Ketersediaan pakan hijauan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan materi baku dan musim. Tak jarang untuk mendapat materi baku jerami maupun bongkol jagung terkadang harus mencari pada perjuangan pertanian.
Dengan demikian, pakan ternak yang berasal dari limbah nanas sanggup dikatakan sebagai materi yang gampang untuk dijangkau dan didapati apabila terjadi musim-musim tertentu yang sulit untuk mendapat pakan ternak yang biasa dipakai ibarat hijaun sebagai materi baku pakan, sehingga limbah nanas sebagai penggantinya.
EmoticonEmoticon