Sunday, 10 June 2018

#Ceritapos Penuh Kenangan: Mulai Menentukan Kertas Dan Amplop, Hingga Perangko Dan Telegram Indah

Amplop Tempo Dulu- Amplop Air Mail, Lengkap dengan Perangko (Sumber Gambar: Postalhistory)
Berkirim-kirim surat ataupun berkirim ucapan atau pesan pendek lewat telegram melalui kantor pos telah menjadi masa yang terukir indah dalam kenangan. Masa yang mengesankan dan mengharukan untuk dikisahkan kembali ataupun sekedar diingat kembali.
Masa-masa intensif saya berkirim surat terjadi semenjak saya duduk Sekolah Menengan Atas dan terus berlanjut hingga saya tinggal di Surabaya. Dari semua masa itu, berkirim surat dan menunggu kesudahannya merupakan saat-saat yang mengesankan dan mengasyikkan. Memilih warna dan motif kertas, menentukan amplop, menentukan perangko, dan menentukan gambar kartu pos dan kartu ucapan lewat telegram menjadi acara yang cukup mengasyikkan.

Tidak jarang, saya harus berlama-lama di toko buku hanya untuk menentukan kertas dan  amplop yang berbentuk lucu, bergambar unik, dengan warna-warna menarik untuk saya sesuaikan dengan peserta surat. Saat merangkai kata pun demikian, semua rasa ingin diluapkan lewat kata. Semua kabar ingin dirangkai dalam abjad demi huruf, dan tidak oleh ada coretan dalam surat. Karena menulisnya memakai goresan pena tangan maka kadang-kadang, satu surat sanggup menghabiskan beberapa lembar kertas, jawaban adanya goresan pena yang belum tepat. Kemudian membacanya berulang untuk memastikan tidak ada rasa dan tanya yang tertinggal.
Tidak jarang pula saya juga menentukan foto-foto terbaik pula untuk disisipkan dalam surat. Sebagai perekat persahabatan jarak jauh yang tetap terjalin, meskipun hanya melalui uraian rasa dalam kata yang tertuangkan dalam sepucuk surat.

Selanjutnya, jikalau masih punya persediaan perangko, maka kirim surat sanggup saya lakukan via kotak pos. Si kotak warna oranye yang setia bangkit di pinggir jalan. Atau menunggu Pak Pos yang tiba mengantar surat ke sekolah atau ke kampus. Masih teringat dalam ingatan, dikala istirahat sering menunggu Pak Pos dengan boncengan tas yang menggelantung di sisi kiri dan kanan boncengan sepeda motor oranye. 
Sementara, jikalau lagi tidak punya persediaan perangko, maka saya harus berjalan ke kantor pos, untuk mengeposkan surat di sana. Sekalian membeli perangko untuk persediaan.

Nah, di sini, senangnya yaitu dikala ada perangko yang diterbitkan di moment tertentu. Perangko-perangko tersebut akan membawa tema sesuai dengan momentnya. Saat itu, yang masih saya ingat jelas, yaitu perangko Hari Anak Nasional, yang bergambar lukisan anak-anak. Dan, waktu itu, saya juga bahagia mengumpulkan perangko, bahkan saya sempat mengoleksinya dalam satu album filateli. Sayangnya album itu lenyap, sebab saya harus sering pindah daerah tinggal.

Dan .... dikala yang tidak kalah mengesankan yaitu waktu menunggu surat jawaban dengan harap-harap cemas. Betapa tidak, surat yang kita kirimkan biasanya membawa segudang kisah dan tanya, sehingga kita juga menunggu respon yang renyah dari seberang sana. Respon yang membawa kabar dan kisah wacana sahabat di seberang sana yang harus kita tunggu dalam rentang waktu yang tidak mengecewakan menyita rasa dan asa.
Untuk satu area provinsi saja, surat-surat itu biasanya hingga di alamat tujuan paling cepat tiga hari dan bahkan sanggup hingga satu minggu. Selanjutnya jawaban yang tiba pun harus melalui perjalanan yang sama pula. Sehingga tidak jarang, surat yang dikirim hari ini akan gres terbalaskan bulan depan. Terlebih, jikalau yang dikirimi surat beralamat di kampung yang jauh dengan alur jalan yang tidak bagus. Itulah mengapa, waktu Sekolah Menengan Atas saya memakai alamat sekolah untuk alamat korespondensi. Pastinya, ini juga menambah prestise diri di sekolah. Karena, setiap ada surat yang datang, maka nama kita akan terpampang di dinding kantor sekolah sebagai peserta surat. Dan, setiap murid yang membaca list peserta surat, pastinya akan sering melihat nama kita, bukan :-)

Nah, kebetulan juga dikala Sekolah Menengan Atas itu, ada adik kelas yang nama depannya sama pula dengan nama saya, dan abjad depan pada nama belakangnya juga sama, sehingga ada kalanya, jikalau ada nama "Elis S" di dalam daftar, maka kami berdua akan segera mengecek si pengirim surat bersamaan. Untuk memastikan siapa peserta yang sebenarnya.

Saat saya di Surabaya, saya mulai berkenalan kartu ucapan yang memakai kartu telegram indah keluaran Kantor Telekom. Jika sebelumnya saya mengirimkan ucapan dengan kartu pos, maka dikala di Surabaya saya lebih menentukan mengirimkan kartu telegram indah untuk teman-teman terutama dikala lebaran. Meskipun secara desain terbatas, tetapi waktu tempuhnya lebih cepat dibandingkan dengan kartu pos ataupun kartu lebaran yang dikirim dengan perangko.
Waktu itu, saya biasa mengirimkan kartu telegram indah melalui kantor pengiriman yang berlokasi di Jalan Sumatera, Surabaya. Lokasinya berseberangan dengan Sahid Jaya Hotel di Jalan Sumatera 1-15. Dekat pula dengan rumah kos, sehingga untuk ke sana, saya hanya perlu berjalan kaki.

Ah, tetapi semua itu telah menjadi kenangan. Bahkan bawah umur saya pun dikala ini tidak begitu mengenal penggunaan surat berperangko, sebab mereka telah berkenalan dengan surat elektronik, SMS, Chatting, BBM, Facebook, Twitter, dan sebagainya. Saat ini, telah banyak media yang mengantar pesan dengan sangat cepat. Tinggal tekan tombol OK atau KIRIM atau tekan ENTER, pesan-pesan, foto-foto, dan ucapan-ucapan dengan gambar sudah terkirim ke penerima, dan dikala itu juga sanggup mendapatkan balasan.


EmoticonEmoticon