Sejak berkenalan dengan listrik beberapa puluh tahun yang lalu, sedikit demi sedikit fasilitas dalam kehidupan mulai saya rasakan. Ya, pada tahun 80-an, di desa saya pertama kali mulai dikenalkan dengan listrik bersumber tenaga Diesel. Saat itu, listrik hanya menyala pada malam hari, sehabis Adzan Maghrib hingga pukul 10 atau 11 malam. Setelah itu, listrik dimatikan hingga Maghrib keesokan harinya gres dinyalakan lagi. Dengan demikian, di siang hari, kami tidak memakai listrik.
Dengan jadwal nyala listrik yang singkat itu pun, kami sudah sangat terbantu. Bisa mencar ilmu di malam hari tanpa harus susah-susah menyalakan lampu petromaks. Yang harus memompa, meniup, menuang minyak tanah, dan kadang kala harus men'jeledug' juga dengan tiba-tiba. Pula, kami sanggup menonton televisi tanpa harus mengutak-atik tombol accu, atau harus kehabisan strum accu di tengah keseruan menonton jadwal acara televisi.
Sejak ketika itu, penggunaan listrik di desa kami terus mengalami perkembangan. Setelah penggunaan listrik bersumber tenaga Diesel, tidak usang kemudian, Program Listrik Masuk Desa pun diterapkan di desa kami. Program Listrik Masuk Desa menimbulkan penggunaan listrik di desa kami menjadi lebih luas. Listrik tidak hanya kami gunakan untuk penerangan di malam hari dan menyalakan televisi. Listrik mulai merambah pada seluruh acara kehidupan. Air sumur pun tidak lagi dipompa tangan atau ditarik dengan tambang, tetapi dikeluarkan dengan proteksi pompa air bertenaga listrik. Setrika tidak lagi memakai arang, kalau ingin air panas pun tidak perlu lagi harus dijerang di atas kompor, masak nasi pun tidak perlu lagi harus memakai dandang atau 'kukusan'.
Hampir semua kegiatan kami telah berubah. Perabotan yang ada hampir semuanya dijalankan dengan memakai listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Rumah-rumah jelas benderang. Suara televisi pun nyaring dari ruang tengah di hampir setiap rumah. Ragam perabotan semacam kulkas, pompa air, mesin cuci, kipas angin, setrika, rice cooker, mixer, dispenser, hair dryer, microwive, dan lain-lain dijalankan dengan listrik. Hingga akhirnya, acara sehari-hari pun tidak lagi sanggup dilepaskan dari listrik. Dan, itu tidak hanya terjadi di desa kami. Di mana-mana, di daerah, baik di kota maupun di desa yang telah terjangkau fatwa listrik, hal serupa akan terjadi.
Itulah mengapa, ketika terjadi pemadaman listrik secara mendadak, kami akan gelagapan dan merasa canggung untuk beraktivitas. Dengan tertatih-tatih kami akan meraba-raba mencari senter atau lilin dan korek api. Jika tidak menemukan korek api, maka kompor pun turut beraksi untuk mendapat sepercik api untuk menyalakan lilin.
Saat listrik tengah mengalami pemadaman, ruangan yang panas menimbulkan bawah umur gelisah, sehingga harus keluar dari kamar untuk mencari udara yang sedikit sejuk. Sebagai hiburan, bermain dengan cahaya lilin akan menepis kejenuhan anak-anak.
Dan, yang paling menggelisahkan ialah ketika cadangan air tengah kosong. Byuh, ini sangat menyiksa dan menciptakan kami benar-benar tidak nyaman. Bisa dibayangkan, mandi, basuh kaki, basuh tangan pun airnya sanggup keluar kalau ada listrik. Saat ingin menciptakan minuman hangat pun harus memakai dispenser yang dinyalakan dengan listrik.
Dengan jadwal nyala listrik yang singkat itu pun, kami sudah sangat terbantu. Bisa mencar ilmu di malam hari tanpa harus susah-susah menyalakan lampu petromaks. Yang harus memompa, meniup, menuang minyak tanah, dan kadang kala harus men'jeledug' juga dengan tiba-tiba. Pula, kami sanggup menonton televisi tanpa harus mengutak-atik tombol accu, atau harus kehabisan strum accu di tengah keseruan menonton jadwal acara televisi.
Sejak ketika itu, penggunaan listrik di desa kami terus mengalami perkembangan. Setelah penggunaan listrik bersumber tenaga Diesel, tidak usang kemudian, Program Listrik Masuk Desa pun diterapkan di desa kami. Program Listrik Masuk Desa menimbulkan penggunaan listrik di desa kami menjadi lebih luas. Listrik tidak hanya kami gunakan untuk penerangan di malam hari dan menyalakan televisi. Listrik mulai merambah pada seluruh acara kehidupan. Air sumur pun tidak lagi dipompa tangan atau ditarik dengan tambang, tetapi dikeluarkan dengan proteksi pompa air bertenaga listrik. Setrika tidak lagi memakai arang, kalau ingin air panas pun tidak perlu lagi harus dijerang di atas kompor, masak nasi pun tidak perlu lagi harus memakai dandang atau 'kukusan'.
Hampir semua kegiatan kami telah berubah. Perabotan yang ada hampir semuanya dijalankan dengan memakai listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Rumah-rumah jelas benderang. Suara televisi pun nyaring dari ruang tengah di hampir setiap rumah. Ragam perabotan semacam kulkas, pompa air, mesin cuci, kipas angin, setrika, rice cooker, mixer, dispenser, hair dryer, microwive, dan lain-lain dijalankan dengan listrik. Hingga akhirnya, acara sehari-hari pun tidak lagi sanggup dilepaskan dari listrik. Dan, itu tidak hanya terjadi di desa kami. Di mana-mana, di daerah, baik di kota maupun di desa yang telah terjangkau fatwa listrik, hal serupa akan terjadi.
Itulah mengapa, ketika terjadi pemadaman listrik secara mendadak, kami akan gelagapan dan merasa canggung untuk beraktivitas. Dengan tertatih-tatih kami akan meraba-raba mencari senter atau lilin dan korek api. Jika tidak menemukan korek api, maka kompor pun turut beraksi untuk mendapat sepercik api untuk menyalakan lilin.
Saat listrik tengah mengalami pemadaman, ruangan yang panas menimbulkan bawah umur gelisah, sehingga harus keluar dari kamar untuk mencari udara yang sedikit sejuk. Sebagai hiburan, bermain dengan cahaya lilin akan menepis kejenuhan anak-anak.
Dan, yang paling menggelisahkan ialah ketika cadangan air tengah kosong. Byuh, ini sangat menyiksa dan menciptakan kami benar-benar tidak nyaman. Bisa dibayangkan, mandi, basuh kaki, basuh tangan pun airnya sanggup keluar kalau ada listrik. Saat ingin menciptakan minuman hangat pun harus memakai dispenser yang dinyalakan dengan listrik.
Lantas, apa pandangan gres saya untuk PLN?
Sederhana dan sangat sederhana. Ide saya untuk PLN ialah adanya penyusunan jadwal perbaikan jaringan yang disosialisasikan kepada penduduk. Selama ini, saya sering mengalami pemadaman listrik (black out) yang tiba-tiba dilakukan oleh PLN dengan alasan perbaikan jaringan. Pemadaman listrik yang tiba-tiba untuk perbaikan jaringan ini biasanya memakan waktu hampir seharian. Mulai pukul sembilanan hingga sekitar pukul empat sore. Bisa dibayangkan, ketika kami harus menghentikan acara kami dan bisnis kecil kami semenjak pagi hingga sore hari. Artinya, pada hari itu, bisnis kecil kami mendadak libur kerja.
Sederhana dan sangat sederhana. Ide saya untuk PLN ialah adanya penyusunan jadwal perbaikan jaringan yang disosialisasikan kepada penduduk. Selama ini, saya sering mengalami pemadaman listrik (black out) yang tiba-tiba dilakukan oleh PLN dengan alasan perbaikan jaringan. Pemadaman listrik yang tiba-tiba untuk perbaikan jaringan ini biasanya memakan waktu hampir seharian. Mulai pukul sembilanan hingga sekitar pukul empat sore. Bisa dibayangkan, ketika kami harus menghentikan acara kami dan bisnis kecil kami semenjak pagi hingga sore hari. Artinya, pada hari itu, bisnis kecil kami mendadak libur kerja.
Dan, itu pernah terjadi dalam waktu yang berdekatan di wilayah tempat saya tinggal.
![]() |
| Armada Perbaikan Jaringan Listrik yang Tiba-tiba Beraksi di Depan Rumah Kami |
![]() |
| Para Petugas Terus Beraksi, Sementara Kami Hanya Bisa Menanti Listrik Menyala Kembali |
![]() |
| Melihat Para Petugas Tersebut Gigih dan Berani, Kami pun Memaklumi |
Mengapa sosialisasi jadwal dan pengumuman perbaikan jaringan listrik itu penting bagi kami?
Pemadaman listrik yang tiba-tiba mengganggu acara sehari-hari kami. Terutama bagi pelaku dengan bisnis kecil yang harus beroperasi secara rutin. Sebagai pola dalam bisnis kecil my hubby yang lebih banyak didominasi aktivitasnya harus berafiliasi dengan jaringan hardware dan software. Dengan padamnya listrik, maka padam pula acara kami. Para karyawan pun alhasil harus mencari acara lain yang bermanfaat, meeting mendadak, diskusi mendadak, yang semuanya dilakukan biar kami tidak jenuh.
Seandainya, ada sosialisasi terlebih dahulu, maka setidaknya kami akan mempersiapkan perlengkapan kerja dan peralatan komunikasi kami. Seperti mencharge laptop, mencharge power bank dan handphone, mengisi air di kamar mandi hingga penuh. Dan, bagi ibu rumah tangga menyerupai saya, sosialisasi jadwal pemadaman listrik juga akan banyak memberi manfaat bagi kami. Kami jadinya sanggup berjaga-jaga dengan mengisi cadangan air di dapur, menyiapkan lilin, dan ragam tetek bengek lain yang sekiranya sanggup kami lakukan untuk mengantisipasi pemadaman listrik. Pastinya pula, kalau masih sempat mencharge laptop, meskipun listrik padam, tetap saya tetap sanggup melanjutkan menulis di blog :-).
Dan, alangkah baiknya lagi, kalau sanggup dan memungkinkan, pemadaman listrik dilakukan pada hari-hari libur. Sehingga industri kecil yang acara kesehariannya sangat besar lengan berkuasa pada pendapatan, tidak terganggu acara operasionalnya. Pula, kalau pemadaman dilakukan di hari libur, kami sanggup keluar untuk liburan dan pulang ke rumah di ketika listrik sudah menyala :-).
Hehehe ... jadi ingat dengan kejadian ketika pemadaman listrik, dimana bawah umur yang gres pulang sekolah harus memakai air galon untuk keperluan di kamar mandi.
Seandainya, ada sosialisasi terlebih dahulu, maka setidaknya kami akan mempersiapkan perlengkapan kerja dan peralatan komunikasi kami. Seperti mencharge laptop, mencharge power bank dan handphone, mengisi air di kamar mandi hingga penuh. Dan, bagi ibu rumah tangga menyerupai saya, sosialisasi jadwal pemadaman listrik juga akan banyak memberi manfaat bagi kami. Kami jadinya sanggup berjaga-jaga dengan mengisi cadangan air di dapur, menyiapkan lilin, dan ragam tetek bengek lain yang sekiranya sanggup kami lakukan untuk mengantisipasi pemadaman listrik. Pastinya pula, kalau masih sempat mencharge laptop, meskipun listrik padam, tetap saya tetap sanggup melanjutkan menulis di blog :-).
Dan, alangkah baiknya lagi, kalau sanggup dan memungkinkan, pemadaman listrik dilakukan pada hari-hari libur. Sehingga industri kecil yang acara kesehariannya sangat besar lengan berkuasa pada pendapatan, tidak terganggu acara operasionalnya. Pula, kalau pemadaman dilakukan di hari libur, kami sanggup keluar untuk liburan dan pulang ke rumah di ketika listrik sudah menyala :-).
Hehehe ... jadi ingat dengan kejadian ketika pemadaman listrik, dimana bawah umur yang gres pulang sekolah harus memakai air galon untuk keperluan di kamar mandi.
Semua Gambar diambil pada 19 Maret 2014
@KedungAsem, Rungkut, Surabaya
by Mama @mom_of_five



EmoticonEmoticon