Thursday, 12 April 2018

Gurauan Pagi: Tangan Asing Mama

Pagi tadi tiba-tiba my hubby mendadak rajin. Beliau berangkat belanja ke pasar bersama kak Ida, putri kedua, dan kembali membawa belanjaan lengkap, mulai sayur bayam, labu air, daun pre, seledri, jamur, jagung, ikan, jajan pasar, tahu, tempe ... sak jeronjotan. Setelah dibongkar semua, dia pun pribadi menyiangi sayur dan jagung. 
Aku? Kebetulan saya tengah ada pekerjaan yang kena deadline, jadi saya dibiarkannya tetap berkutat di depan laptopku semenjak habis sholat subuh tadi. Setelah semua tamat disiangi, dia mendatangiku. 
"Semua sudah beres, tinggal dibikinkan bumbu-bumbunnya," katanya. Kalau sudah begini, saya harus beranjak. Bukankah perintah suami tetap lebih utama? Nah saya ikuti dia ke dapur. Dan dia tengah memasukkan sayur bayam ke dalam panci sayuran di atas kompor. 
"Pak, sayur bayam jangan dimasukkan dulu, nanti zat besinya keburu melarut, lagi pula sayur jangan dimasukkan sebelum air mendidih," ujarku. 
Akhirnya kiprah sayur menyayur kulanjutkan. Dan dia kembali melanjutkan tugasnya menghaluskan jagung untuk dibikin perkedel jagung. Setelah jagung dihaluskan dan diberi telur, dia kembali berujar, 
"Jagung siap digoreng" katanya. 
"Sudah diberi bumbu apa saja pak?" Tanyaku, 
"Telur dua butir," 
Hehehee ... kutampanin saja bejana berisi gabungan beliau, dan dia bergegas ke luar dapur. Winggg ... Aku tambahkan sayur untuk perkedel jagung pagi itu biar isinya tidak melulu jagung. Sebentar kemudian, terdengar dia berteriak dari lantai bawah. 
"Sarapan sudah siappp .... Ayooo sarapan," 
Anak-anak bergegas menuntaskan dandanan ke sekolah, ada yang pakai ikat pinggang, sisiran, dan ada yang masih lembap di kamar mandi. Aku sendiri masih menggoreng dan menggoreng. Tangan juga masih belepotan tepung untuk membalur jamur krispy. 
"Ma, saya minta dikepangin atas ya," pinta kak Iffah. 
"Ma, kertas ulanganku belum ditandatanganin sama mama," kata kak Dhila. 
Dan dik Nana menyodorkan buku penghubungnya yang dari kemarin saya telantarkan. 
Sambil menunggu gorengan matang, saya menyisirin kak Iffah, sambil sekali waktu menengok gorengan. Abis membalik gorengan menandatangani buku penghubung dik Nana. Habis mengangkat gorengan dan memasukkan yang baru, kutandatangani kertas ulangan kak Dhila. Dan ketika semua sudah siap, 
"Ma, saya belum sisiran", ujar dik Nana. 
"Sini, saya bantuin," kata kak Iffah. Wusss ... hangat meresap di dada. Kak Iffah menyisiri rambut adiknya. 
Dan sebentar kemudian, ketiganya sudah siap. Dan semua siap untuk sarapan dan berangkat ke sekolah. Usai belum dewasa yang kecil-kecil dan si sulung berangkat sekolah, tinggallah saya dengan kak Ida. 
"Wih, tangannya mama itu tangan abnormal lo kak,"selorohku.
"Betul," sahut my hubby. 
"Hehehe ... Iya kan, la tadi sayurnya mentah gak dapat dimakan alhasil dapat dimakan, jagungnya juga," 
"Kalau mama itu senyum saja semua penuh keajaiban. Tapi jikalau sudah merenguuut, wes, bumi bergoncang," gurau my hubby ... 
Dan, sehabis semua beres, lanjuuut, kembali ke laptop ...
Pastinya, bukan hanya tangan mama yang ajaib, tetapi tangan yang diciptakan oleh Allah ini memang telah diperuntukkan untuk melaksanakan tugasnya yang sedemikian kompleks untuk melengkapkan insan biar menjadi makhluk yang memberi manfaat bagi orang lain .....


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)