Friday, 6 April 2018

Digaramin Sama Mama

Awal tahun kemarin, bawah umur saya ajak jalan-jalan ke Pantai di kawasan Tuban. Yaaa, hitung-hitung mengingat kembali tempat yang dulu pernah saya kunjungi waktu SMA. Jadi, arah perjalanan kami arahkan ke pantai utara. Melewati Paciran dan meluncur ke Tuban. 


Tujuan kami bergotong-royong yaitu Boom di Tuban. Saya dulu waktu Sekolah Menengan Atas pernah ke tempat itu. Terus, pas saya sudah di Surabaya juga pernah ke sana bareng teman-teman satu kos. Ya, just wasting time saja. Kan waktu itu banyak nganggurnya. 
Tetapi ternyata saya sendiri tidak tahu Kota Tuban. 

Hmmm ... Boom yang dulu itu di mana ya. Akhirnya, begitu ada tempat yang seolah-olah dengan Boom yang dulu pernah saya kunjungi, kami berhenti saja. Dalam persepsi saya sih, ini Boom yang dulu. Hanya saja saya masih nyari-nyari warung-warung yang berbaris di sekitar Boom yang tidak saya temukan. Saya hanya menemukan sebuah rumah makan, mushola, dan warung bakso. It's Okey. Tempatnya tidak mengecewakan ramai. Aroma pantai sungguh terasa. Air bahari tengah surut, tetapi ombak tetap mencium bibir Boom. Perahu-perahu nelayan kecil juga ditambatkan. 

Kak Iffah tidak mau turun dari mobil. Sedangkan My Hubby lagi puasa, jadi ... Kami pun turun berempat saja. 

Dik Nana takut tersemprot air. Kak Dhila dan Kak Ida asyik bernarsis ria. Poto-poto. Tempatnya lumayan. Aroma pantainya sangat terasa. Apalagi dikala itu arak-arakan mendung tidak mengecewakan tebal. Angin berhembus sangat kencang. Debur ombak akan menjilat kami yang ada di pinggir pantai. 
Asyik juga. 
Saat, ombak mencium bibir Boom, kami yang berteriak-teriak tanggapan kena semprot mencicipi asinnya air laut. Termasuk Dik Nana. 

"Huuu, Asiiin," teriak Kak Ida. 
"Iya, kenapa ya kok asin," tanyaku kepada dik Nana. 
"Pasti ada garamnya," jawab dik Nana. 
"Iya, ya. Pasti ada garamnya," jawabku. 
"Tapi gimana ya En ngasih garemnya. Kan airnya banyak buanget," lanjutku. 
"Ya dikasih sedikit-sedikit begitu Ma," jawab Dik Nana. 
"Tapi airnya buanyak banget lo. Mulai dari sana, sana, sana, sana ..." Jawabku sambil menuju ke arah bentangan air bahari Utara. 

"Iya, begini ma, ngasihnya. Sedikit-sedikit." Dik Nana memeragakan proteksi garam ke laut. 
"Terus, siapa juga yang ngasih garam ke bahari ya," tanyaku lagi. 
"Mama," jawab Dik Nana spontan. Kak Dila dan Kak Ida pun tertawa di tengah deru angin mendung di pantai utara. 
"Iya, digaremin sama Mama. Begini dan begini," ujar Dik Nana lagi. Alaah, kayak nggaremin sayur saja. 

"Dik Nana, yang bikin air bahari itu asin, Allah. Dari air bahari yang asin ini, kemudian dibikin garam. Yaaa, kayak jikalau kita pulang ke Surabaya itu kan ada ya yang di pinggir kiri kanan Jalan itu, petak-petak berisi air, kemudian sebagian lain berisi tumpukan garam. Nah itu air bahari yang dibikin jadi garam," jelasku sambil menggoyang-goyang kepalanya yang terbalut kerudung cokelat. Para krucils pun tertawa lepas di tengah deru angin pantai ....

Dik Nana mengalihkan perhatiannya ke perahu-perahu nelayan kecil di bibir pantai. Kembali bercerita perihal bahari yang diketahuinya dari film-film kartun. Termasuk kisah dalam Disney Frozen, perihal anak yang ditinggal meninggal ayah ibunya di bahari ....

Dan, di tamat dongeng ..... ternyata Boom yang kami datangi ini bukan Boom yang dulu pernah saya datangi bersama teman-teman. Boom ini terdapat di Gesikharjo, Palang, Tuban.
Boom ini yaitu tambatan bahtera nelayan. Boom yang dahulu pernah saya kunjungi itu yaitu Boom yang bersahabat dengan Alun-alun Kota Tuban. Boom yang sekarang telah diolah sedemikian rupa menjadi wisata pantai. Sayangnya, puteri-puteri kecilku tidak mau masuk ke lokasi tersebut. Sudah terlalu modern .....

Pic. taken by @mom_of_five, January 2014, Tuban


EmoticonEmoticon