Tuesday, 24 April 2018

Anak Corat-Coret? Eits ... Jangan Dimarahi Dulu

Coretan Tembok Dik Nana Saat masih Taman Kanak-kanak (doc. Pribadi)
Orangtua niscaya akan merasa gusar ketika melihat belum dewasa mencorat-coret di tembok, di meja, di lantai, atau di daerah manapun yang ditemui. Apalagi bila temboknya habis di cat, atau corat-coret tembok ketika tengah diajak main di rumah kerabat. niscaya akan makin gusar. Tapi, anak corat-coret ialah hal masuk akal dalam kiprah perkembangannya. Corat-coret tembok menunjukkan adanya perkembangan dalam diri anak, baik fisik maupun psikis. Melalui acara coret-coret, maka akan mendukung perkembangan otot kecil di tangan, koordinasi mata-tangan, dan kemampuan memegang alat tulis (Ayahbunda, 2012-2013). Berikut ialah rangkuman pengaruh samping yang positif dari acara corat-coret anak:
  • Melatih kendali otot halus. Memberi krayon dan kertas untuk mencoret, membantu anak menyebarkan kemampuan mengendalikan jari yang akan beliau butuhkan untuk memakai sendok dan menyikat gigi. 
  • Melatih kemandirian. Dunia anak penuh larangan yang tak boleh beliau sentuh. Dengan sekotak krayon dan kertas, anak mengambil keputusan sendiri, apa yang akan beliau lakukan. Kebebasan mencipta dan menentukan sesuatu, menyebarkan kemandirian berpikir. 
  • Tahap awal mengenal huruf. Sejalan bertambahnya usia, coretan anak akan ibarat bentuk benda, angka dan huruf. 
  • Pelepasan emosi. Pelukis, menggambar atau melukis untuk mengekspresikan perasaan. Anak Anda mungkin juga mengalami hal ini. Tak bisa mengancingkan bajunya sendiri, gagal membangun menara, atau bermacam hal tak boleh disentuh, mengakibatkan rasa frustrasi yang butuh pelepasan (Ayahbunda, 2012-2013).
Saat Pindah di Kertas, Berkurang Semangat Menggambarnya, Karena Harus Mengulang (doc. pribadi)
Selain itu, corat-coret anak juga bisa menyeimbangkan otak kiri dan kanan, sebab menggambar merupakan salah satu cara untuk mengasah otak kanan. Bukankah otak kanan sering disebut sebagai otak gambar? otak yang membantu insan dalam berimajinasi, merangsang krativitas, dan intuisi. Dengan terasahnya otak kanan, maka anak akan juga mengasah kemampuan imajinasi, kreativitas, daya ingat yan tajam, gampang bergaul (bersosialisasi).
Pastinya, penyeimbangan otak kanan dan kiri ini harus dimulai dari rumah kan, sebab kuriklum pendidikan di Indonesia sampai ketika ini masih lebih terfokus pada pengasahan otak kiri, yang lebih mengedepankan logika, dan kemampuan akademis matematis, bahwa angka 2 dihasilkan dari perhitungan 1 + 1, atau bahwa 1 + 1 = 2.
Nah, ternyata dengan berimbangnya otak kanan dan kiri, kesannya kemampuan anakjuga lebih seimbang baik secara akademis maupun praktis, kemampuan kemandirian maupun kemampuan sosialisasi, imajinasi, dan emosi.

Dari uraian di muka maka ... sudah bukan saatnya lagi kini untuk bilang 'Jangan' atau 'Tidak boleh' ketika melihat anak mencorat-coret bidang apa saja. Tetapi justru memberi daerah yang bisa dijadikan sebagai daerah beliau mencorat-coret. Karena ternyata, corat-coret ialah kiprah perkembangan yang harus dilaluinya. Dan, ketika beliau sudah masuk usia enam tahun  maka kebiasaan corat-coret itu akan menjelma kebiasaan menggambar, mewarnai, dan menulis pada tempatnya .....


EmoticonEmoticon