Foto : eu.fotolia.com |
Beberapa waktu yang lalu, kita dikejutkan dengan kemunculan seorang dewasa dengan beberapa tulisannya di media sosial. Bahkan si dewasa hingga diundang ke istana kepresidenan bertepatan dengan hari Pancasila. Namun, sayangnya selagi ia berada di istana, viral sebuah kabar mengenai tindak plagiarisme yang dilakukan oleh dewasa tersebut. Ketika ditanya oleh seorang wartawan, si dewasa tersebut menjawab dengan mata berkaca-kaca bahwa ia tidak tahu menahu mengenai hal tersebut. Dia mengaku bahwa semua tulisannya yaitu hasil karyanya sendiri yang beberapa sudah ia tuliskan semenjak beberapa tahun yang lalu.
Waktu berlalu, kesannya si dewasa mengakui tindak plagiarisme yang dilakukannya melalui akun media sosialnya. Namun belakangan ini, muncul kembali video si dewasa yang sedang "curhat" dalam bahasa inggris ihwal pembullyan yang dialaminya hingga ia merasa ingin bunuh diri. Banyak netizen yang kembali menyadari bahwa video curhatan tersebut kembali diplagiat dari video gadis asal luar negeri yang diupload beberapa tahun silam.
Sebelum melangkah lebih jauh, saya ingin mengutip beberapa pendapat para andal mengenai plagiat.:
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 dikatakan:
“Plagiat yaitu perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara sempurna dan memadai”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) disebutkan:
“Plagiat yaitu pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seperti karangan (pendapat) sendiri”.
Menurut Oxford American Dictionary dalam Clabaugh (2001) plagiarisme adalah:
“to take and use another person’s ideas or writing or inventions as one’s own”
Menurut Reitz dalam Online Dictionary for Library and Information Science (http://www.abc-clio.com/ODLIS/odlis_p.aspx) plagiarisme yaitu : “Copying or closely imitating take work of another writer, composer etc. without permission and with the intention of passing the result of as original work”
Menurut Soelistyo (2011) ada beberapa tipe plagiarisme:(Sumber kutipan: http://lib.ugm.ac.id/ind/?page_id=327)
- Plagiarisme Kata demi Kata (Word for word Plagiarism). Penulis memakai kata-kata penulis lain (persis) tanpa menyebutkan sumbernya.
- Plagiarisme atas sumber (Plagiarism of Source). Penulis memakai gagasan orang lain tanpa memperlihatkan pengukuhan yang cukup (tanpa menyebutkan sumbernya secara jelas).
- Plagiarisme Kepengarangan (Plagiarism of Authorship). Penulis mengakui sebagai pengarang karya tulis karya orang lain.
- Self Plagiarism. Termasuk dalam tipe ini yaitu penulis mempublikasikan satu artikel pada lebih dari satu redaksi publikasi. Dan mendaur ulang karya tulis/ karya ilmiah. Yang penting dalam self plagiarism yaitu bahwa ketika mengambil karya sendiri, maka ciptaan karya gres yang dihasilkan harus mempunyai perubahan yang berarti. Artinya Karya usang merupakan bab kecil dari karya gres yang dihasilkan. Sehingga pembaca akan memperoleh hal baru, yang benar-benar penulis tuangkan pada karya tulis yang memakai karya lama.
Setelah membaca klarifikasi di atas, saya berasumsi bahwa kita sudah mengerti klarifikasi ihwal plagiat. Berdasarkan tumpuan di atas, tidak benar bahwa plagiat tidak sanggup dikatakan plagiat kalau bukan pada karya ilmiah (seperti yang dikatakan salah satu dosen universitas ternama di Indonesia). Menurut saya, plagiat yaitu memalsukan karya seseorang tanpa mencantumkan sumbernya, seperti karya itu yaitu miliknya. Bahkan yang terparah, pengukuhan bahwa karya itu yaitu miliknya ketika orang lain menemukan bahwa ia melaksanakan plagiat.
Saya sungguh merasa prihatin dengan dewasa tersebut. Saya mempunyai beberapa perkiraan mengenai perilakunya yang selalu menyalin karya orang lain (bahkan dalam bentuk video). Pertama, kemungkinan besar si anak kurang mendapat penghargaan dari lingkungannya. Kedua, kemungkinan orang renta memaksa anak selalu berprestasi dan menjadi sentra perhatian, sehingga si anak akan melaksanakan banyak sekali cara demi mendapat prestasi yang diidamkan oleh orang tuanya. Ketiga, kurangnya pemahaman ihwal plagiarisme. Keempat, si anak sudah biasa plagiat namun bukannya tertangkap berair malah mendapat pujian, sehingga ia ketagihan untuk terus melakukannya.
Menyedihkan? Iya, sangat menyedihkan bagi saya. Seorang dewasa harusnya tumbuh dengan prestasi yang dibuatnya sendiri, namun malah tercebur ke dalam kubang plagiat demi mendapat kebanggaan serta ketenaran. Saya pernah membahas ini di status facebook saya, sayangnya seorang dosen kenalan saya menyampaikan bahwa "biasalah hal ini, di status facebook dan whatsapp juga niscaya sering plagiat". Saya kok jadi duka ya bacanya. Bahkan seorang terdidik pun tidak peduli lagi dengan tindakan plagiat seorang remaja. Mungkin inilah saatnya para orang renta di rumah yang terjun dalam mendidik anaknya sendiri. Mungkin inilah membuktikan yang diberikan oleh Tuhan bahwa, ayo orang renta perhatikan anakmu, jangan terlalu percayakan mereka pada orang lain, mereka yaitu tanggung jawabmu.
Mental plagiarisme sangat berbahaya bagi moral bangsa kita. Bayangkan kalau semua dewasa hanya sanggup melaksanakan plagiat karya orang lain? Maka bersiaplah menjadi bangsa tertinggal, bangsa yang tersisihkan, tak dikenal dan hanya berputar disitu saja. Saya tidak mau bangsa saya bermental plagiat, saya tidak mau bangsa saya besar hati atas tindakan plagiarisme.
Ayo, para orang tua, perhatikan kembali anakmu, tanggung jawabmu. Seorang anak sanggup terbebas dari tindakan plagiarisme kalau kita para orang renta lebih meluangkan waktu untuknya, memberikannya ruang untuk berkreasi, bukan malah membuatnya menjadi copyan diri kita ataukah membentuknya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ingatlah bahwa ikan tak sanggup memanjat, dan buaya tak sanggup untuk terbang. Setiap anak unik dengan membawa kecerdasannya masing-masing. Jangan kamu paksa, jangan kamu tekan, mereka niscaya siap melaksanakan apa saja demi pengakuanmu, maka hargailah setiap hal kecil yang dilakukannya. Bangsa kita sanggup menjadi bangsa yang kuat, besar dan maju karenamu, wahai orang tua.
EmoticonEmoticon