Saturday 20 January 2018

Metode Mpasi Bayi, Blw Atau Spoon Feeding

Tags

Anak kedua saya dikala ini sudah memulai MPASI nya, sudah berjalan hampir satu bulan, loh.. Saya pribadi lebih menentukan metode spoon feeding dalam sumbangan kuliner pendamping ASI untuk belum dewasa saya. Nah, sebelum lanjut ke metode, saya ingin memaparkan ihwal klarifikasi BLW (baby led weaning) dan Spoon Feeding, yang selanjutnya saya sebut RF (responsif feeding). 

Sebelum itu lagi, kita harus tahu dulu bahwasanya apa tujuan sumbangan makan pada bayi. Pertama, untuk mencukupi kebutuhan nutrisi yang sudah tidak sanggup dipenuhi oleh ASI saja. Kebutuhan nutrisi yang dimaksud adalah makro dan mikronutrien, dimana mikronutrien yakni zat gizi yang diharapkan oleh badan selama hidupnya dalam jumlah kecil untuk melakukan fungsi-fungsi fisiologis, tetapi tidak sanggup dihasilkan sendiri oleh tubuh. Mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral yang tidak sanggup dibentuk oleh badan tetapi sanggup diperoleh dari makanan. Sedangkan makronutrien yakni zat gizi yang menawarkan energi bagi badan yang diharapkan badan dalam jumlah besar untuk bertahan hidup. Kedua, fungsi pendidikan dimana melatih kemampuan anak untuk makan, melatih disiplin, melatih pengenalan rasa, dll. Ketiga, fungsi psikologis yaitu membangun bonding ibu dan anak.

Baby Led Weaning

Baru-baru ini, muncul metode gres dalam sumbangan kuliner pendamping ASI, namanya BLW atau Baby Led Weaning dimana Gill Rapley yakni penciptanya. Berikut definisi operasional BLW berdasarkan penciptanya:
  1. Anak duduk dengan keluarga di waktu makan dan bergabung kapanpun beliau siap.
  2. Anak didorong untuk mengeksplor kuliner dikala beliau tertarik, mengambilnya dengan tangan dan tidak duduk kasus kalau tidak dimakan sama sekali diawalnya.
  3. Makanan ditawarkan dalam bentuk dan ukuran yang gampang dipegang, bukan puree atau kuliner yang dihancurkan ibarat bubur.
  4. Anak makan sendiri dari awal, dilarang disuapi.
  5. Anak tetap menerima susu kapanpun beliau mau, anak yang memutuskan kapan waktunya mengurangi susu.
Definisi operasional di atas berarti kalau TIDAK ibarat di atas, makanya bukan metode BLW ya, no matter what!

Menurut Gill Rapley, penciptanya, ada beberapa laba dalam metode BLW ini, yaitu lebih menyenangkan, lebih natural, menciptakan bayi berguru ihwal makan, menciptakan bayi berguru untuk makan dengan aman, berguru dengan tekstur, bentuk, ukuran, dll, menjadi kepingan dari waktu bersama keluarga, bisa mengendalikan nafsu makan, nutrisi yang lebih baik, baik untuk kesehatan jangka panjang. 

Tapi, tunggu dulu! Benarkah semua itu berdasarkan bukti ilmiah?

Menurut Enza D'auria, dkk dalam jurnalnya yang berjudul "Baby-led weaning: what a systematic review of the literature adds on", menyampaikan bahwa anak BLW secara signifikan lebih underweight daripada non BLW. Selain itu, anak BLW minum susu lebih banyak daripada anak non BLW. Padahal kebutuhan ASI pada bayi di atas usia 6 bulan sudah tidak mencukupi kebutuhan energi si kecil. Bukan cuma itu, zat besi lebih tidak tercukupi lagi. Bisa dilihat gambar di bawah.

Sumber: google

Merujuk dari definisi operasional BLW, maka kira-kira bentuk kuliner bayi BLW yakni ibarat gambar di bawah ini:
Sumber: gofood.site
Pertanyaannya, kalau bentuk makanannya ibarat itu, berapa banyak sih yang bisa benar-benar tertelan oleh bayi usia 6 bulan? Sementara kebutuhan energi hariannya yakni sebesar 770 kkal, dimana 539 kkal tercukupi oleh ASI dan sisanya 231 kkal harus tercukupi dari MPASI, (Hanandita, 2018)

Responsive Feeding

Responsive feeding atau biasa disebut spoon feeding, merupakan cara makan rekomendasi dari WHO. Bisa download file pdf nya disini. Berikut praktek responsive feeding:
  1. Suapi bayi secara langsung, untuk anak yuang lebih besar bisa didorong untuk makan sendiri.
  2. Suapi pelan dan sabar, jangan dipaksa.
  3. Jika anak menolak banyak makanan, tawarkan aneka macam kombinasi rasa dan tekstur makanan.
  4. Minimalkan distraksi saaat anak makan. (gadget, jalan-jalan, tv, mainan, dll)
  5. Kontak mata, ajak bayi bicara dikala menyuapi.
Pada responsive feeding, ibu lah yang menentukan KAPAN anak makan, APA yang dimakan, DIMANA anak makan. Sementara anak menentukan BERAPA yang dimakan dan mau atau tidak makan (selera). Prinsipnya responsive fedding tidak memaksa anak untuk makan, tetap anak yang menentukan, ibulah yang memperhatikan tanda-tandanya (lapar/kenyang).

Setelah membaca artikel di atas, kira-kira nih ya, mana diantara kedua metode di atas yang bisa mencukupi kebutuhan kalori anak yang sudah tidak bisa dicukupi oleh ASI saja? eng ing eng... silahkan dijawab sendiri ya..

Sekian goresan pena saya kali ini, agar bermanfaat.



EmoticonEmoticon