Wednesday 17 January 2018

Maaf Saya Lelah

Assalamu'alaikum..

Dear, anakku Qifaya..
Maaf saya lelah.. saya begitu lelah sayangku. Meski tidak seharusnya saya mengeluhkan wacana lelahku, tapi saya hanya ingin kamu tahu alasan mengapa nada suaraku tinggi dikala itu.

Aku lelah.. sungguh bukan sebab dirimu, sayangku. Belum ada sedetikpun saya merasa lelah sebab membesarkanmu, bahkan semenjak kamu hanya berupa embrio di dalam kandunganku dan saya hanya mengenalimu dari dua garis merah di testpack. Aku lelah sebab hal lain, sehingga menciptakan emosiku meningkat. 

Ya, tidak seharusnya saya lampiaskan padamu. Maafkan saya sebab belum bisa sepenuhnya mengontrol emosi. Tapi percayalah, semarah apapun aku, mustahil saya tidak menyayangimu. Sedikitpun tidak akan berubah rasa sayang itu.




Tolong lah nak, suatu hari nanti ketika kamu bertumbuh semakin besar, ketika saya tak mampu menahan emosi, tolong jangan kamu balas dengan amarah. Aku mencintaimu, nak. Tolong kamu peluk aku, ingatkan saya wacana rasa sayang itu, sebagaimana yang sering kamu lakukan diusia mu dikala ini. Karena amarah yakni kepingan dari syaitan, saya sedang terasuki oleh syaitan, mungkin sebab imanku begitu lemah. Karena itu, tolong hilangkan rasukan itu dengan pelukanmu, dengan ciumanmu. Sehingga saya kembali pada kasih sayang.

Nak, jangan pernah sekalipun kamu berpikir bahwa saya murka dan tidak menyayangimu lagi, jangan nak! Aku begitu mencintaimu, bahkan amarah dari syaitan pun insya Allah tak akan bisa mengurangi kasih itu.

Jadi, tolonglah kamu ingat bahwa semarah apapun aku, meski dikala itu saya menampakkan wajah seseram apapun, kamu tetap kusayangi.


EmoticonEmoticon