Friday 19 January 2018

Jika Boleh, Aku Ingin Sekali Menimba Ilmu Lebih Jauh Lagi Perihal Ini

Sebenarnya, judul goresan pena ini sudah saya buat semenjak beberapa hari yang lalu, tapi saya benar-benar stuck saat akan menulis, bergotong-royong ilmu apa yang ingin saya pelajari di universitas kehidupan ini. Awalnya saya ingin menekuni ihwal ilmu parenting, secara saya mempunyai dua orang anak dan saya ingin menerapkan ilmu parenting yang baik untuk mereka. Lalu saya juga ingin menekuni ilmu homeschooling karena bawah umur saya ke depannya InsyaAllah akan saya homeschooling-kan.

Bukan hanya itu, bergotong-royong saya juga ingin menekuni dunia memasak khusus untuk bawah umur alasannya yakni jujur saja ketika melihat anak-anak, saya bawaannya pengen bikinkan makanan untuk mereka. Tambah satu lagi, saya juga ingin menekuni dunia digital marketing karena sehari-hari itu lah pekerjaan sampingan saya, selain menjadi ibu rumah tangga tentunya.

Namun, diantara banyaknya pilihan di atas, saya merasa tidak cukup. Saya banyak merenung ihwal kiprah NHW#1 dari Institut Ibu Profesional ini. Jujur, saya merenung hingga kepala saya terasa sakit. Saya berpikir alasannya yakni saya memang menyerupai itu, saya tidak gampang tetapkan sesuatu begitu saja. Saya harus memikirkan banyak hal yang berkaitan dengan ini.

Saya suka ilmu parenting, saya suka mendalami ilmu homeschooling, memasak, pun digital marketing. Semua itu ada dalam darah saya, masuk ke dalam jiwa saya alasannya yakni itulah yang benar-benar menciptakan mata saya berbinar dikala menjalaninya. Keempat hal itu yang menciptakan saya tulus tak tidur hingga larut dan berani terbangun di waktu subuh tanpa protes atau mengeluh alasannya yakni mereka telah mencuri waktu tidurku yang berharga.

Tapi diperjalanan saya merenung, saya tersadar satu hal. Ini yakni pertanyaan ihwal apa yang ingin saya tekuni di universitas kehidupan, berarti ini yakni ihwal apa yang akan saya jalani hingga kematian saya. Ini yakni ihwal bagaimana saya sanggup menjadikannya pendukung dalam setiap hal yang saya lakukan.

Maka saya putuskan, bahwa saya ingin mendalami ihwal ilmu kesabaran. Bahwa sabar itu benar-benar sesuatu yang sangat saya butuhkan. Karena sabar itu yakni sesuatu yang sangat sedikit saya miliki dan memang harus saya tekuni supaya kesabaran itu sanggup menempel di diri saya hingga final hidup.

Jujur saja, dikala menulis ini saya sangat sedih. Saya murung alasannya yakni ternyata saya benar-benar fakir kesabaran. Saya mungkin sanggup mempelajari ilmu lain dengan sangat mudah, alasannya yakni saya yakni tipe insan pembelajar, saya diciptakan Allah dengan kelebihan bakir menyerap sesuatu dengan begitu mudah. Saya bahkan sanggup menguasai sesuatu hanya dengan otodidak. Tapi tidak dengan kesabaran.

Saya bahkan tidak tau ilmu apalagi yang paling ingin saya tekuni selain ilmu kesabaran itu sendiri. Alasan besar lengan berkuasa saya sangat simpel tapi gres saya sadari, bagimana mungkin bawah umur saya sanggup tumbuh dengan baik tanpa kesabaran dalam diri saya? Saya ingat pernah murka begitu murkanya ketika anak sulung saya menjatuhkan air ke lantai, dan itu sungguh menyayat hatiku setelahnya. Saya sungguh-sungguh membutuhkan pemberian ihwal hal ini. Saya sadar bahwa saya tak mungkin menyerupai ini selamanya. Saya menolak.

Berhubung ini yakni ilmu kesabaran, ilmu yang tak sanggup diajarkan begitu saja, ilmu yang tidak sanggup dibaca kemudian dipraktekkan begitu saja. Jujur saja, hingga dikala ini saya belum tahu bagaimana saya akan mempelajarinya selain berusaha mengingat akhir dari ketidaksabaranku dan membayangkan apa yang akan terjadi nanti dengan kesabaran itu. Kita tak pernah tahu, kan ulat akan menjadi secantik kupu-kupu alasannya yakni kesabarannya.

Adapun berkaitan dengan akhlak menuntut ilmu, sekali lagi alasannya yakni ini yakni ihwal kesabaran, saya harus fokus untuk berguru mendapatkan kesalahan, saya harus fokus menjernihkan pikiran dan harus lebih terbuka mendapatkan saran dari orang lain.

Sekian.



EmoticonEmoticon