Tuesday, 9 May 2017

Mutasi blue aqua dan turquoise pada burung lovebird

Mutasi blue, aqua dan turquoise pada lovebird
Dipublikasikan di majalah BVA tahun 2014
Oleh Dirk Van den Abeele
MUTAVI, Research & Advice group
Ornitho-Genetics VZW
Mutasi blue pada lovebird diyakini berawal dari jenis agapornis personatus  Mutasi blue aqua dan turquoise pada burung lovebird
Blue
Mutasi blue pada lovebird diyakini berawal dari jenis agapornis personatus. Sedangkan pada jenis fischeri, nigrigenis, dan lilianae, mutasi blue diperoleh lewat hasil transmutasi. Mutasi warna *blue* juga ada pada jenis roseicollis tapi semua hobbies roseicollis tahu bahwa itu adalah hasil pengembangan dari turquoise, jadi secara genetik tidak ada mutasi “true blue” pada jenis roseicollis.  Sifat penurunan blue adalah autosomal recessive dan secara teknis, mutasi blue adalah akibat hilangnya psittacin secara keseluruhan atau dikenal dengan istilah CPR (Complete Psittacin Reduction).

PPR – Partial Psittacine Reduction.
Mutasi blue sudah berkembang menjadi lebih kompleks. Saat ini kita melihat adanya mutasi yang terlihat seperti berwarna antara green dan blue alias tidak murni blue lagi. Warna sepeeti ini pernah disebut dengan istilah “appleblueseagreen” dan seringkali dianggap sebagai true blue.  Bagi beberapa peternak mutasi PPR (Partital Psittacin Reduction) sulit untuk dipahami dan warna mutasi seperti ini sering terlihat seperti warna biru. Padahal sebenarnya warna seperti ini tidak termasuk mutasi blue.  Penjelasannya begini, seperti pada mutasi eumelanin yang terdapat beberapa level pengurangan jumlah eumelanin, pada mutasi psittacin juga terdapat beberapa level pengurangan jumlah psittacin. Pengurangan seluruh psittacin disebut CPR seperti penjelasan diatas sedangkan pengurangan sebagian psittacin disebut PPR. Hingga hari ini tercatat ada dua jenis mutasi PPR yang berbeda pada lovebird, yakni aqua dan turquoise.

Aqua.
Mutasi aqua adalah akibat dari berkurangnya psittacin sebanyak 50% sehingga warna burung terlihat seperti antara hijau dan biru. Mutasi ini dulu dikenal juga dengan sebutan seagreen, seablue, ivory, pastel dan pastel blue. Tapi berdasarkan kesepakatan internasional, mutasi ini akhirnya dilabel dengan nama “aqua”, singkatan dari aquamarine.
Sejauh ini mutasi aqua hanya terdapat pada jenis roseicollis.

Turquoise.
Mutasi turquoise pada jenis roseicollis sudah ada sejak tahun 70an sedangkan pada jenis fischeri dan personatus baru ada beberapa tahun terakhir ini. Berbeda dengan aqua, turquoise mengalami pengurangan psittacin yang bervariasi. Pada bagian tubuh, psittacin berkurang hingga 90% sedangkan bagian sayap “hanya” mengalami pengurangan +/- 65%. Hasilnya adalah tubuh burung berwarna hampir biru sementara sayapnya lebih condong ke warna hijau. Pada jenis roseicollis, warna topengnya berubah menjadi warna krem sedangkan pada jensi fischeri menjadi berwarna kuning. Inilah sebabnya kadang ada peternak yang menyebutnya dengan istilah “yellow face” padahal istilah yang tepat adalah turquoise.  Sementara pada jenis personatus, tubuhnya berubah menjadi berwarna biru dengan bagian sayap cenderung berwarna hijau dan dada berwarna kuning muda.

Aqua dan turquioise kadang disebut dengan istilah parblue (partial blue). Sebenarnya istilah ini tidak jelak tapi secara pribadi saya lebih seuka menyebutnya dengan istilah PPR (partial psittacine reduction). Baik aqua maupun turquoise memiliki sifat penurunan autosomal recessive.

Beberapa hasil ternak yang bisa diperoleh:
aqua x green: (or green x aqua)
100% green/aqua

green/aqua x aqua:
50% chance of green/aqua
50% chance of aqua

green/aqua x green/aqua:
25% chance of green
50% chance of green/aqua
25% chance of aqua

turquoise x green:
100% green/turquoise

green/turquoise x turquoise:
50% chance of green/turquoise
50% chance of turquoise

green/turquoise x green/turquoise:
25% chance of green
50% chance of green/turquoise
25% chance of turquoise

Sejauh ini semuanya terlihat normal. Tapi tidak demikian jika kita sudah mulai memasangkan aqua dengan turquoise atau dengan blue dimana kombinasi ini akan memberikan kita warna menengah dan secara langsung membuktikan bahwa aqua, turquoise dan blue secara genetik adalah alele antara satu dengan yang lain. Dengan kata lain mereka adalah mutasi dari bl-locus yang sama atau variasi dari gen yang juga bertanggung jawab atas mutasi blue murni.

Banyak yang tidak paham akan fenomena multiple alleles. Kali ini saya akan mencoba menjelaskannya tapi bukan secara teori tapi lewat kombinasi pasangan yang sudah dibuktikan hasilnya.
-        Kita tahu bahwa jika memasangkan dua jenis mutasi autosomal recessive yang identik, contoh: blue x blue, maka semua anakan berwarna blue. Artinya kombinasi mutasi autosomal recessive x autosomal recessive yang identik akan menghasilkan burung yang bermutasi (bukan wild colour).
-          Jika kita memasangkan blue x wild type maka hasilnya adalah semua anakan berwarna hijau split blue.
-          Jika kita memasangkan autosomal recessive dengan autosomal recessive yang tidak identik, contoh blue (murni) dengan NSL ino (murni), maka semua anakan berwarna hijau dan split kedua mutasi tersebut.
Dari contoh diatas, bisa disimpulkan bahwa jika kita memasangkan mutasi recessive dengan wild type, atau jika kita memasangkan dua mutasi recessive yang tidak identik, maka hasil yang didapat adalah bentuk wild type alias wild colour yang artinya mutasi tersebut adalah recessive terhadap wild type.

Tapi hal yang berbeda akan terjadi jika yang kita pasangkan adalah mutasi recessive yang merupakan allele satu dengan lainnya. Contoh: jika kita memasangkan aqua dengan turquoise, maka kita tidak akan mendapatkan anakan berwarna hijau split aqua dan turquoise seperti pada kasus diatas (jika kita memasangkan dua mutasi autsomal recessive yang berbeda), tapi hasil yang kita dapatkan burung dengan warna menengah. Artinya, jika kita memasangkan dua mutasi recessive yang berbeda dan hasil yang didapat adalah warna menengah, maka itu merupakan bukti bahwa kedua mutasi tersebut adalah merupakan allele antara satu dengan lainnya. Dulu, banyak yang beranggapan bahwa ini adalah sesuatu yang special sehingga diberikanlah nama yang aneh aneh. Contiohnya bisa kita lihat pada jenis roseicollis, dimana kombinasi aqua dengan turquoise diberi nama “apple green atau seagreen” yang akhirnya malah menyesatkan sebagian peternak karena mereka berpikir nama yang berbeda adalah merupakan mutasi yang berbeda padahal sebenarnya sama. Jika kita memasangkan apa yang disebut “apple green atau seagreen” dengan burung berwarna hijau, maka hasilnya adalah sebagian anakan split for aqua dan sebagian split for turquoise. Tidak pernah ada split for “apple green atau seagreen”.

Untuk meghindari kesalah pahaman ini, maka kita harus menggunakan istlah international yang sudah disepakati.
Untuk tampilan atau fenotipe yang merupakan hasil dari kombinasi dua allele dari gen yang sama, kita tidak menggunakan nama yang terpisah. Kita bisa menjelaskan kombinasi warna ini dengan hanya menuliskan nama kedua mutasi tersebut. Contoh: kombinasi dari aqua dengan turquoise disebut AquaTurquoise.  Perhatikan penggunaan huruf besar pada penulisan AquaTurquoise. Ini gunanya untuk menjelaskan bahwa AquaTurquoise bukanlah merupakan mutasi tunggal juga sebagai indikasi bahwa pada mutasi ini terdapat dua allele yang berbeda, yakni aqua dan turquoise.

Mengapa ditulis AquaTurquoise dan bukan TurquoiseAqua? Berdasarkan kesepakatan, warna yang paling sedikit mengalami mutasi (paling mendekati warna wild type) harus diletakkan didepan. Berapa persen pengurangan psittacin pada aqua dan berapa persen pengurangan psittacin pada turquoise? Silahkan scroll lagi keatas dan baca ulang.

Jika kita memasangkan AquaTurquoise x AquaTurquoise hasilnya adalah:
25% chance of aqua
50% chance of AquaTurquoise
25% chance of turquoise

green/aqua x green/turquoise:
25% chance of green
25% chance of green/turquoise,
25% chance of green/aqua
25% chance of AquaTurquoise.

green/aqua x turquoise:
50% chance of green/turquoise
50% chance of AquaTurquoise.

Berikutnya saya akan memberikan contoh berdasarkan turquoise dan blue.  Blue x turquoise = 100% TurquoiseBleu (TurquoiseBleu yang terlihat seperti turquoise). Kembali, perhatikan penggunaan huruf besar disini. Kombinasi lainnya adalah:

TurquoiseBlue x TurquoiseBlue:
25% chance of blue
50% chance of TurquoiseBlue
25% chance of turquoise

Untuk species dimana bisa ditemukan mutasi blue, aqua dan turquoise, kita bisa melakukan lebih banyak variasi kombinasi pasangan.
blue (homozygote)
turquoise (homozygote)
aqua (homozygote)
TurquoiseBlue
AquaBlue
AquaTurquoise

Salah satu masalah yang kita hadapi saat ini adalah cara untuk membedakan antara mutasi turquoise dan TurquoiseBlue baik pada jenis fischeri maupun personatus. Hipotesa saya, warna paruh bisa memberikan jawaban apakah burung tersebut turquoise atau TurquoiseBlue. Tapi sekali lagi ini hanya hipotesa dan sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya. Tapi jika anda adaah peternak yang bijak, maka anda pasti bisa menjawab pertanyaan tersebut jika burung tersebut adalah hasil ternak anda.  Karena peternak yang bijak pasti menerapkan administrasi yang baik dan memiliki catatan lengkap atas semua hasil ternaknya.

Perlu diperhatkan bahwa diluar pengurangan psittacin, masih ada faktor lain yang mempengaruhi warna dari mutasi blue atau PPR., antara lain:

Perubahan susunan bulu:
– Tingkat kelebaran spongy zone (yang juga berhubungan dengan dark factor)
– Susunan nano keratin pada spongy zone (yang juga bertanggung jawab atas violet factor)

Perubahan kimiawi:
– Jumlah psittacin yang masih tersisa
– Komposisi kimiawi dari psittacin yang ada
– Komposisi kimiawi dari keratin yang membentuk bulu.

Efek genetik yang mempengaruhi warna:
– Jenis kelamin burung (berhubungan dengan hormon)
– Kombinasi dengan allele PPR lainnya
– Kombinasi dengan mutasi lainnya seperti slaty, misty, violet dll.
– Antisipasi atas locus turquoise (contoh pada Agapornis roseicollis, dimana lewat seleksi yang ketat banyak terdapat
   burung yang terlihat nyatis benar benar biru)
– Pindah silang kadang bisa menyatukan berbagai faktor yang berlainan sehingga kita seolah olah melihat mutasi
   yang berbeda.
– Pleiotropy (pengaruh dari beberapa gen pada fenotipe), modifikasi gen (kombinasi gen yang menguatkan atau
   melemahkan), translokasi (mutasi yang terjadi akibat perpindahan segmen dari satu kromosom ke kromosom lain
    yang bukan pasangan homolognya), dll. 

Selain itu juga ada pengaruh dari luar: cahaya, kondisi, dll

Semua proses ini bisa merubah warna tapi tidak menjadikannya sebagai suatu mutasi yang baru. Jadi perlu anda catat bahwa “perbedaan warna secara fenotipe” tidak selalu merupakan sebuah mutasi baru.


Catatan: Sumber artikel adalah web Dirk Van den Abeele dan sudah diedit menjadi lebih ringkas dibanding artikel aslinya. 


EmoticonEmoticon